Artikel ini ditulis oleh Tulus Sugiharto, Pemerhati Sosial.
Satu malam, saya dan seorang kawan baru pulang dari rumah Bung Rizal Ramli (RR) setelah sekitar dua jam ngobrol. Saat mobil baru jalan sebentar, dia bertanya: “Bro, saya heran kok bang RR semangat banget kalau bicara, kaya orang orasi, padahal kita cuma berdua?”
Ya betul, orang orasi biasanya kalau di podium, waktu memimpin demonstrasi atau kampanye. Tapi kalau depan dua orang ?
Cuma, teman itu katakan: “Gua jadi pro sama dia, cara menyelesaikan masalah bagus dan memiliki wawasan visioner yang keluar“.
Ya betul, Bung RR itu pemimpin yang ‘out of the box’ dan visioner. Memang visioner itu apa? Singkatnya adalah orang yang memiliki wawasan atau pandangan positif ke masa depan dan dapat mengubah sebuah tantangan menjadi peluang.
Ya, contohnya sudah cukup banyak. Saat menangani PLN, Bung RR mengungkap bekerjasama dengan editor Wall Street Journal dan membongkar kebusukan kroni-kroni asing yang melakukan KKN di 26 proyek IPP listrik swasta di Indonesia.
Berita tersebut dimuat secara berseri di media asing itu. Hasilnya bisa dilakukan restrukturisasi utang sehingga PLN sehat.
Dan usaha ini membuahkan hasil utang US$ 85 miliar bisa diturunkan jadi US$ 35 miliar. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, negosiasi utang bisa berkurang US$ 50 miliar.
Oh ya kalau mau mendengar lebih jelas cerita ini bisa juga dilihat di Youtube Channel Novel Baswedan, Bung RR ngobrol bareng Novel Baswedan dan Bambang Widjojanto, keduanya mantan KPK.
Berikut linknya.
Dalam soal PLN ini jelas, ideologi bung RR pada kemakmuran rakyat, ia ingin listrik murah. Tidak ada yang tidak memakai listrik. Mau jualan, mau mencuci, menyetrika, belajar bahkan menggunakan telepon genggam, semua pakai listrik.
Visinya pun jelas, listrik masa depan harus merata dan tidak bergantung pada pihak asing.
Tokoh NU Alm Gus Mus, yang juga kawan baik Bung RR (Gus Romli) pernah menyatakan: “Jadi pemimpin jangan hanya mementingkan diri sendiri saja, tetapi harus bisa memikirkan nasib bangsa ini.”
Soal mementingkan diri sendiri. Bung RR sempat menolak beberapa jabatan yang pernah ditawarkan kepadanya. Ya memang aneh, tapi memang Bung RR ini besar dan berada dalam lingkungan pergerakan, bukan partai politik, sehingga Bung RR akan selalu menjadi kelompok penekan yang memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan kelompok asal, sekali lagi asal mendapatkan jabatan publik.
Keberpihakannya pada rakyat kecil, itu menjadi ciri khasnya, sama dengan orang yang jadi panutannya, Bung Karno.
Soal pemimpin yang profesional, itu harus mampu merubah situasi yang sulit menjadi peluang.
Bung RR punya banyak ‘broad thinking‘, salah satunya misalnya perkataan terkenal Franklin D. Roosevelt, “I pledge you, I pledge myself, to a New Deal for The American People”.
Tapi pasti ‘The American People‘ akan digantinya jadi Rakyat Indonesia. Dia punya deal khusus untuk memahami kehendak rakyat Indonesia jika menjadi pemimpin di Indonesia.
Jadi cukup dimengerti mengapa selama ini cita-citanya Bung RR mau menjadi Presiden untuk merperbaiki nasib rakyat dan bangsa kita.
[***]