KedaiPena.Com – Hampir semua BUMN yang ada hari ini, dulu dimiliki oleh Belanda. Bung Karno lalu melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, yang kemudian disebut Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.
Demikian disampaikan Begawan ekonomi Rizal Ramli mengawali penjelasan soal banyaknya BUMN hampir bangkrut di Indonesia.
Rizal Ramli sendiri pernah beberapa kali menjadi Preskom BUMN. Sebut saja Semen Gresik Group dan BNI 46. Dan dia berhasil membawa perubahan berarti bagi BUMN tersebut. Kata dia, esensinya satu, kalau dikelola dengan benar, pasti untung dan bermanfaat.
“Kenapa? Karena BUMN, yang main di sektor itu, biasanya hanya monopoli atau oligopoli. Karena hanya ada satu atau beberapa di sektor itu, jadi harusnya untung,” kata RR, sapaan dia, di Jakarta, ditulis Rabu (27/10/2021).
Tapi dalam prakteknya, labjut Rizal, banyak sekali ‘mis-management‘, ‘corruption‘ dan tidak ada ‘cost control‘.
“Salah satu kelemahan yang paling penting di BUMN di Indonesia adalah biaya atau ‘cost‘ dalam membuat sesuatu sangat mahal dibandingkan dengan swasta,” papar Rizal.
Sewaktu menjadi Preskom Semen Gresik Group, dia minta supaya biata produksi semen diturunkan. Akhirnya, Semen Gresik berhasil menurunkan menjadi $8/ton, dan itu menambah keuntungan $144 juta.
“Artinya, ketika saya masuk BUMN Semen Gresik untungnya hanya Rp 800 miliar, dan dalam dua tahun (untungnya) kita naikkan 3,2 triliun,” jelas Rizal.
Waktu menjadi Preskom BNI, dalam satu tahun, Rizal bersama direksi membuat keuntungan naik hampir 87%. Angka itu paling bagus dari semua bank nasional saat itu.
“Ini contoh saja. Nggak ribet-ribet dan canggih-canggih amat. Satu, kita tekan ‘cost‘ karena kebanyakan ‘supplier-supplier‘ pemasok BUMN. Itu semua KKN, baik teman atau keluarga. Tetapi, begitu kita tekan ‘cost‘, akhirnya pasti lebih efisien,” lanjutnya.
“Jadi, sebelum ngomong tutup-tutup BUMN, beresin dulu manajemennya dan tekan ‘cost‘-nya. Itu yang paling mudah karena apapun banyak yang mau menjadi pemasok BUMN dan kebanyakan itu KKN,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan