KedaiPena.com – Menanggapi kerugian PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Ekonom Senior Faisal Basri menyatakan kerugian yang dialami oleh beberapa BUMN belakangan ini adalah karena BUMN dipaksa bekerja melampaui kapasitasnya.
“Kita lihat WIKA rugi karena Whoosh kan, kalau semua model kaya gini, farma sakit, semua karya sakit, ini karena dibebani melampaui kemampuannya,” kata Faisal dalam salah satu acara, ditulis Kamis, (18/7/2024).
Ia menyampaikan kerugian jumbo yang dialami WIKA dan BUMN lainnya, terjadi karena proyek-proyek yang dilaksanakan tanpa perencanaan matang semasa Presiden Joko Widodo. Menurutnya, permasalahan dalam BUMN itu ibarat bom waktu yang diwariskan Jokowi ke presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Bom-bom waktunya mulai meledak satu persatu, sekarang saja sudah mulai meledak, Wika sudah teriak,” ucapnya.
Faisal menduga permasalahan yang timbul akibat kereta cepat ini akan menjalar ke PT Kereta Api Indonesia (KAI). PT KAI sampai saat ini, lanjutnya, masih bisa bertahan hanya karena ada suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah.
“Maksimal 5 tahun itu nyerah dia, kalau 5 tahun tidak diselesaikan ya KAI yang bangkrut, makanya harus diambil alih sama negara, nanti setiap tahun akan ada uang APBN untuk nyuntik kereta cepat itu,” tandasnya.
Sebagai informasi, WIKA dilaporkan rugi Rp7,12 triliun sepanjang tahun 2023. Kerugian bersih WIKA membengkak 11.860 persen dari kerugian Rp59,59 miliar di tahun 2022. Tercatat, beban WIKA membengkak yang terdiri dari beban lain-lain naik 310,16 persen menjadi Rp5,40 triliun. Sementara beban keuangan meningkat 133,70 persen sebesar Rp3,20 triliun di tahun 2023.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menyebut, selain tingginya beban bunga dan lain-lain, penyebab besarnya kerugian WIKA sepanjang tahun 2023 disebabkan oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang menggenggam mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60 persen. WIKA sendiri menjadi salah satu pemegang saham PSBI dengan kepemilikan 38 persen saham.
Laporan: Ranny Supusepa