KedaiPena.Com – Akademisi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bulan depan akan merilis sebuah buku yang menceritakan soal generasi millenial dan dunia gerakan Indonesia kini.
Ubed begitu ia disapa akan merilis sebuah buku yang diberi judul “Menjadi Aktivis Kampus Zaman Now: Intelektualitas Gerakan, Godaan Kekuasaan & Masa Depan Aktivis”.
Ubed mengungkapkan alasannya merilis buku ini pada bulan Oktober ini. Ubed menerangkan bahwa bulan depan adalah bulan anak muda Indonesia, bulan para pemuda mengukir sejarah emas mengadakan Kongres Pemuda pada 28 Oktober tahun 1928.
Ubed mengungkapkan di kongres tersebut hadir narasi-narasi otentik yang menyatakan kepada dunia bahwa meski mereka beragam etnis, beragam suku maupun beragam agama namun mereka bersumpah untuk menjunjung tinggi satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia.
“Ketika itu, sebagian besar pemuda yang mengikuti kongres adalah anak muda, mahasiswa. Ya , pemuda mahasiswa pada setiap episode penting sejarah selalu memiliki peran signifikan dan melegenda. Bagaimana dengan anak muda mahasiswa generasi milenial saat ini?,†ungkap Ubed kepada KedaiPena.Com, Sabtu (22/9/2018).
Naskah buku ini mendapat testimoni menarik dari tokoh nasional dan para tokoh nasional dan aktivis kampus angkatan 98 yang kini berkiprah secara nasional.
Seperti eks Menteri Koordinator Perekonomian yang juga mantan aktivis ITB di periode 1970-an yakni Rizal Ramli yang menilai bahwa buku yang ditulis oleh Ubed sangat menarik dan berisi jawaban-jawaban mendasar berbagai persoalan aktivis kampus.
“Buku ini sangat menarik, karena berisi jawaban-jawaban mendasar berbagai persoalan aktivis kampus yang diurai dengan runtun, argumen yang kokoh, dan sangat ilmiah. Bahkan Ubedilah Badrun dalam buku ini mampu memberi semacam arah yang konstruktif bagi aktivis kampus generasi milenials, generasi zaman now dan bagi masa depannya,” ujar RR saat memberikan testimoni untuk buku tersebut.
Selain RR, Dr. Fitra Arsil, Pakar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) yang juga Sekjen Senat Mahasiswa UI tahun 1997-1998 memberikan testimoni pada buku Ubed.
Buku ini, kata dia, bukan saja memaparkan riwayat aktivisme dan gerakan mahasiswa. Namun, juga melakukan kritik dan berusaha membangkitkan kesadaran bahwa gagasan, idealisme dan leadership merupakan karakter yang seharusnya permanen dimiliki para aktivis kampus di zaman apapun mereka tumbuh.
“Menariknya, perjalanan hidup penulis buku ini seperti tempat refleksi bagi pengejawantahan karakter tersebut. Kang Ubed, sejauh ini, tampil sebagai aktivis langka. Bukan saja memiliki jaringan yang luas dan komunikasi yang artikulatif, namun ia juga selalu sarat gagasan, konsisten dan kuat dalam memegang idealisme,†ungkap dia saat memberikan testimoni.
Politik, lanjut dia, adalah bagian dari membangun keadaban bangsa. Berpolitik harus dilandasi dengan nilai (value), khususnya idealisme aktivis (activist value). Seperti nilai anti penindasan, anti korupsi, hak azasi manusia, dan memiliki integritas.
“Meskipun saat ini realita politik yang dihadapi belum seideal yang kita inginkan. Namun nilai-nilai aktivis harus tetap terjaga dimanapun kita berada, diluar kekuasaan atau di dalam kekuasaan. Dengan menjaga nilai-nilai idealisme, berpolitik zaman now tetap memiliki roh dan arah perubahan,†tutur dia.
Tokoh aktivis 98 dari Front Aksi Mahasiswa Untuk Reformasi dan Demokrasi (Famred) yang saat ini anggota Komisi III DPR RI, Masinton Pasaribu juga memberikan pandangan yang sama. Menurutnya, buku ini betul-betul telah menjadi panduan penting untuk generasi mahasiswa dan mahasiswi kini dan mendatang.
“Buku ini betul-betul menjadi panduan penting buat generasi mahasiswa/i masa kini dan mendatang karena urgensinya tentang perlunya memiliki nilai-nilai idealisme dan integritas bagi para aktivis kampus,†ujar Masinton.
Tak hanya itu, Sarbini, Tokoh Aktivis 98 dari FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Se-Jakarta) yang kini menjadi profesional muda bidang jasa konsultan politik dan Hanri Basel, tokoh 98, koordinator FKSMJ untuk pendudukan Gedung DPR/MPR pada 18-21 Mei 1998, Owner National English Centre (NEC) yang berjejaring secara nasional, memberikan testimoni soal buku ini.
“Kang Ubed saya memanggilnya, seorang aktivis intelektual yang terus produktif dan teguh idealismenya. Buku ini menjadi panduan sekaligus cermin baik bagi aktivis kampus maupun mantan aktivis untuk terus menyemai idealisme walau dalam kesunyian. Tidak menjadi buta menghadapi realita, membara walau dalam jeruji penjara, tetap bersuara walau di lingkaran Istana, tetap garang dan lantang meski digoda dengan kekuasaan,†beber Sarbini dalam testimoni tersebut.
“Di era 90-an, banyak orang menyimak analisa lisan atau tulisan pertandingan sepakbola yang diberikan Franz Beckenbauer, seorang mantan pemain dan pelatih legendaris, yang juga pernah membawa klub liga dan timnas Jerman Barat berjaya. Analisanya sering dijadikan panduan untuk menikmati sepakbola dunia. Begitupula dengan sosok penulis di buku ini. Kang Ubed adalah sosok lengkap dunia aktivis dan intelektual, memiliki pengalaman aktivis, tokoh pergerakan, mentor mahasiswa, dosen yang juga pengamat politik yang produktif,†imbuh Hanri.
Testimoni para tokoh nasional di atas telah meyakinkan banyak mahasiswa bahwa buku baru karya Ubedilah Badrun ini sangat layak untuk dibaca mahasiswa era milenial. Bahkan bisa menjadi semacam buku wajib bagi mahasiswa milenials, selain itu bisa menjadi referensi penting pada mata kuliah gerakan sosial, dan lain-lain.
Buku yang akan segera hadir pertengahan Oktober 2018 ini diproduksi oleh Penerbit Bumi Aksara, salah satu penerbit besar dan terkemuka di Indonesia.
Laporan: Muhammad Hafidh