KedaiPena.Com – Buku otobiografi Rizal Ramli berjudul ‘Cinta, Kegigihan dan Patriotisme’ dirilis saat 40 hari meninggalnya tokoh Nasional tersebut, belum lama ini
Keinginan membuat buku ini pertama kali disampaikan almarhum saat berkunjung ke tanah kelahiran di Payakumbuh, Sumatera Barat, pada tahun 2017.
“Beliau mengutarakan ingin membuat biografi di Payakumbuh tahun 2017. Tanpa banyak bertele-tele saya langsung tahu apa maksudnya. Sayang sampai akhir hayat beliau gak pernah tanya kapan buku terbit,” ujar penulis buku, Arief Gunawan di kawasan Bangka, Kemang, Jakarta Selatan.
Tentang judul buku biografi ini, Arief sempat mengusulkan beberapa opsi kepada Rizal Ramli tapi ditolak.
“Suatu hari waktu saya pernah usul beberapa judul, langsung disobek, katanya cengeng, lembek. Bang Rizal lantas bilang coba kamu rumuskan Rizal Ramli itu apa, dalam 2-4 kata. Maka muncul ide yaitu ‘Cinta, Kegigihan dan Patriotisme’,” jelas AG, sapaannya.
Tentang buku ini, AG mengatakan akan banyak hal baru yang bisa diketahui oleh pembaca. Terutama hal-hal yang bersifat personal.
“Insya Allah ada banyak hal, cerita yang belum diketahui tentang beliau,” sambung AG.
Dari kecil, sambung AG, ternyata hidup Rizal Ramli penuh cinta, tapi bukan dalam konteks asmara.
Ia mendapatkan cinta kasih, keuletan, kemandirian, untuk menjadi seorang patriot.
“Cinta dari Ibunda, Rawiyah yang merupakan seorang guru. Lalu saat diasuh oleh sang Nenek di Bogor, lalu masa remaja yang dihabiskan di Bandung. Kemudian saat menikah dengan Ibu Hera. Itulah yang dimaksud cinta,” papar eks jurnalis ini.
Tentang patriotisme, fase ini mulai muncul ketika Rizal Ramli kembali dari Jepang. Saat itu, Rizal bertanya kenapa Jepang yang negara tidak punya banyak sumber daya alam tapi bisa maju. Di sisi lain, Indonesia sebaliknya. Rizal lalu berfikir bahwa pendidikan adalah kunci majunya sebuah bangsa.
Ketika sampai di Indonesia, ia bersama rekan-rekannya, mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menggagas Gerakan Anti Kebodohan dan berlanjut dengan Gerakan Mahasiswa 77/78.
Dari Rizal Ramli, belajar soal beda aktivis dan pergerakan. Kalau aktivis berorientasi proyek. Sementara orang pergerakan memiliki definisi beda. Lahir dari jiwa, kesadaran patriotisme.
“Sikap kritis Bang Rizal kemudian berlanjut saat menjadi pejabat. Sikapnya tidak pernah berubah selalu berpihak pada rakyat kecil. Bang Rizal pejuang terhormat pembela kebenaran,” kenang AG.
“Ini adalah balas budi saya ke Bang Rizal yang sudah sangat peduli kepada kami teman-teman pergerakan. Semua kebaikan menjadi motivasi buat kami, meski posisi Bang Rizal tidak akan tergantikan,” sedih Arief.
“Buku ini atas arahan Bang Rizal, bagaimana kisah beliau. Tentu buku ini jauh dari sempurna. Saat ini buku baru ditulis terbatas. Insya Allah dibuat selanjutnya,” tandas Arief.
Laporan: Tim Kedai Pena