KedaiPena.com – Anggota Dewan Pakar Timnas AMIN, Achmad Nur Hidayat menyatakan yang menjadi biang keladi ketidaksejahteraan masyarakat adalah kemiskinan yang merajalela di Indonesia.
Per Maret 2023, kondisi kemiskinan di Indonesia mengkhawatirkan, mencapai 9,36 persen dari total penduduk atau setara dengan 25,9 juta jiwa. Angka ini mencerminkan tantangan nyata dalam mencapai kesejahteraan keluarga.
Ia menjelaskan ada berbagai tantangan yang menghalangi kesejahteraan, yang merupakan dampak dari kemiskinan.
“Keluarga miskin terjerat dalam kebingungan memenuhi kebutuhan dasar, dari pangan hingga pendidikan. Dampaknya terasa dalam pertumbuhan anak yang terhenti pada level minimum,” kata Achmad Nur, Sabtu (16/12/2023).
Ketidaksetaraan gender, lanjutnya, semakin memperkeruh suasana, membuat perempuan sulit berperan optimal karena akses terbatas pada pendidikan dan pekerjaan.
“Kekerasan dalam rumah tangga menjadi pewarna kelam dalam keseharian keluarga miskin. Atmosfer yang tidak bahagia memunculkan trauma dan ketakutan pada anggota keluarga, menghancurkan esensi kehidupan keluarga yang seharusnya penuh kasih dan dukungan,” urai ahli ekonomi dari UPN Veteran Jakarta ini.
Kemiskinan juga menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan pendidikan yang berkualitas, khususnya mereka yang berasal dari keluarga miskin di daerah terpencil.
Ditambah dengan kesehatan yang tidak terjamin, semakin melilit upaya mencapai kesejahteraan keluarga. Anggota keluarga yang tidak sehat menjadi beban, menghambat kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Maka dari itu Kualitas manusia Indonesia harus berawal dari keluarga yang sejahtera dan bahagia. Dukungan kepada orang tua dalam mengawal tumbuh kembang anak menjadi kunci. Mulai dari dukungan bagi ibu hamil, nutrisi yang memadai bagi anak, hingga pendidikan yang memastikan setiap anak mampu tumbuh kembang dan berkarya,” kata Achmad Nur.
Untuk memutus siklus kemiskinan ini, ia menyatakan Visi Misi AMIN adalah “Mewujudkan Keluarga Indonesia yang Sejahtera dan Bahagia sebagai Akar Kekuatan Bangsa”.
“Langkah pertama yang akan dilakukan adalah dengan memuliakan ibu dan mengakui peran sentral ibu dalam keluarga. Dukungan penuh untuk ibu hamil, cuti yang setara bagi ayah, tempat penitipan anak terjangkau, dan perlindungan dari KDRT memastikan kesejahteraan ibu yang pada gilirannya menciptakan lingkungan harmonis bagi tumbuh kembang anak,” ucapnya.
Langkah kedua adalah memastikan tersedianya lapangan kerja, biaya hidup terjangkau, dan perlindungan ekstra untuk keluarga dengan anggota berusia lanjut atau berkebutuhan khusus.
“Hal ini mendukung keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar,” ucapnya lagi.
Ketiga, perhatian khusus pada anak melalui pemenuhan gizi, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berkualitas, hak terhadap pelayanan kesehatan, dan menciptakan lingkungan aman dan inklusif memastikan generasi penerus yang sehat, cerdas, dan bahagia.
Terakhir, pendidikan keluarga menjadi fokus utama, menggalakkan keterlibatan orang tua dalam tumbuh kembang anak, pendidikan karakter, dan melibatkan komunitas. Hal ini menciptakan fondasi kuat untuk pembentukan generasi yang bebas narkoba.
“Dengan demikian, misi ini tidak hanya bersifat retorika semata, melainkan memberikan solusi konkret yang menanggapi tantangan nyata dalam mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera dan bahagia sebagai akar kekuatan bangsa,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa