KedaiPena.Com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) seharusnya dapat mencontoh budidaya tanaman jamur bila memang ingin membudidaya cacing Sonari.
“Budidaya itu tidak akan sulit, contoh budidaya jamur yang pada awalnya dianggap susah sama semua orang, karena harus membuat kelembaban tertentu dengan membangun rumah kaca atau rumah kedap,” ungkap Konservasionis Sahat Panggabean kepada KedaiPena.Com, Senin (15/5).
Pemikiran tersebut, kata Sahat sapaannya, ternyata tidak terjadi dalam implementasi. Sebab, kelembaban tersebut bisa juga diciptakan di rumah gedek yang mana dinding rumahnya terbuat dari bambu.
“Tinggal diberi semprotan air sedikit agar lembab, jamur pun berkembang. Nah sebenarnya cacing pun akan sama seperti itu, tinggal modelnya dibedakan karena berada di ketinggian 2000 meter di bawah permukaan air laut, mereka membutuhkan tekanan lebih rendah,” beber dia.
Selain itu, Sahat meyakini, hewan-hewan yang mempunyai keunikan dan nilai-nilai ekonomi seperti cacing sonari biasanya sudah terdata di lembaga-lembaga seperti LIPI dan Kementerian terkait.
“Memangnya Indonesia itu punya mereka saja. Kita kan ada LIPI lalu juga Kementerian Kesehatan jika memang hewan tersebut memiliki kelebihan untuk obat-obat,” imbuh pria yang kini menjabat sebagai Asisten Deputi Lingkungan di Kemenko Kemaritiman.
“Jadi kalau mereka bilang mereka tidak punya teknologinya dan tidak bisa membudidayakan itu sangatlah salah. Karena biasanya LIPI, kementerian terkait atau mungkin kampus sudah mempunyai datanya dan seharusnya ancang-ancang budidaya tersebut perlu dilakukan,” pungkas Sahat.
Laporan: Muhammad Hafidh