KedaiPena.Com – Kepala Badan dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi mengajak semua pihak berkontribusi untuk pencegahan dan penanggulangan ancaman dan serangan siber.
Hal tersebut, disampaikan Djoko lantaran kini serangan siber menjelang pemilihan umum (pemilu) yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 sudah mulai terdeteksi oleh BSSN.
“Jenis ancaman yang sudah terdeteksi itu sangat teknis, yang pasti ancaman sudah mulai banyak bertaburan, berdatangan,” ungkap Djoko pada di kampus Swiss German University di Alam Sutera, Tangerang, ditulis Minggu (25/11/2018)
Diketahui, Djoko didampingi oleh Deputi Identifikasi dan Deteksi Irjen Pol Drs. Dharma Pongrekun, pada hari Sabtu hadir dalam acara seminar dan workshop Peningkatan Kemampuan Deteksi dan Koordinasi Insiden Keamanan Siber Secara Nasional.
Dalam acara ini juga ditandatangani nota kesepahaman antara Kepala BSSN dengan Rektor Swiss German University Filiana Santoso untuk kesepakatan kerjasama terkait penelitian dan pengembangan akademis.
“Kita harapkan dengan kesadaran seluruh bangsa ini kita bersama-sama menciptakan situasi yang aman. Kalau kita melarang itu juga kan ada aturannya, jadi mari kita sharing hal-hal yang baik saja,” ujarnya.
Senada dengan Djoko, Direktur Deteksi Ancaman BSSN, Sulistyo, menjelaskan ancaman serangan siber menjelang pemilihan Presiden dan legislatif datang dari dalam dan luar negeri.
Salah satu yang paling berbahaya adalah upaya menargetkan institutsi penyelenggara seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Yang utama itu hack, leak, and amplify. Pertama itu melakukan proses hacking. Banyak cara teknik yang digunakan untuk ganggu infrastruktur cyber pemilu. Misalnya sistem IT nya diganggu, lalu ada serangan DDOS,” imbuh dia.
“Lalu leak, yaitu terkaitan dengan pembocoran informasi. Ini biasanya micro targeting, misalnya menargetkan data peserta (konstituen Pemilu). Ada informasi pribadi yang sifatnya private dicuri, dan diambil,” tambah dia.
Dia melanjutkan bahsa amplify itu terkait dengan gimana memviralkan informasi yang dibocorkan tersebut.
Seperti yang ramai diberitakan di media sebelumnya, salah satu serangan siber yang pernah mencuat adalah peretasan menggunakan Distributed Denial of Service, atau populer dikenal dengan DDoS, yang pernah melumpuhkan situs KPU.
“Tenik serangan ini membanjiri situs web dengan permintaan (request) tinggi pada saat bersamaan, sehingga mengakibatkan server menjadi down,” papar dia.
Selain berkoordinasi dengan KPU RI terkait pengamanan pemilu, BSSN, juga telah menggandeng penyelenggara internet dan platform media sosial seperti Facebook dan Twitter.
“Karena BSSN, bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo), KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga akan mengawasi berita dan informasi hoaks,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh