KedaiPena.Com – Aktivis Biology Science Club (BScC), Bambang Ryadi Sutrisno mengatakan jika negara ingin melakukan impor, jangan berdasarkan kouta, tetapi bagaimana harganya.
Hal itu disampaikan Bambang merespon desakan ekonom senior Rizal Ramli untuk membasmi mafia impor dengan mengganti sistem impor dari kuota ke tarif.
“Sebenarnya dasarnya harga saja, kalau harganya murah ya gak apa-apa kita beli. Tapi kalau harganya tinggi ya jangan dibeli,” ucap Bambang saat menjadi narasumber dalam webinar KedaiPena.Com dengan tema ‘Ketahanan Pangan: Antara Pandemi dan Kedaulatan’, belum lama ini.
Menurutnya, soal ketahanan pangan memiliki rantai yang panjang dan membutuhkan kerja sama antara satu dengan yang lainnya, seperti mulai dari pengadaan, suplei dan pilihan-pilihan.
“Artinya keterkaitan satu dengan yang lain dalam pangan ini memang panjang sekali dan itu yang butuh kerja serius,” tambahnya.
Dirinya menyampaikan untuk dapat bebas dari ketergantungan impor, negara harus meningkatkan produksi. ‘Food estate’ merupakan salah satu langkah yang bagus akan tetapi harus dapat dipikirkan terkait disentralisasi pangan yang berkeadilan.
“Saya pikir desa itu ‘food estate’ sebetulnya. Karena satu desa punya lahan kurang lebih 100 hektar, dan pemerintah sebenarnya harus investasi di desa itu. Di desa, pertanian konvensional ya kita naikkan ke pertanian yang lebih produktif,” katanya.
Bambang menuturkan pentingnya pemerintah melakukan investasi kepada petani yang ada di pedesaan, guna membantu meningkatkan produksi.
“Makanya pemerintah harus investasi di situ dan meningkatkan produksi. Desa mampu melakukannya karena di desa sudah ada sumber daya manusia, lahan, mereka sudah punya skil ya. Tinggal dimanajemeni dengan baik dengan modernkan mereka dengan pertanian yang modern dan lebih bagus. Insyaallah produksi meningkat,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi