KedaiPena.Com – Â Calon Bupati nomor urut 1 Lanny Jaya, Papua, Briyur Wenda, melaporkan sejumlah kecurangan yang diduga dilakukan oleh oknum tertentu guna pemenangan kandidat lain saat pencoblosan di sejumlah distrik di Kabupaten Lanny Jaya, Rabu (15/2) kemarin.
“Kamis (16/2) kemarin, kami sudah laporkan kecurangan yang dilakukan oleh oknum tertentu guna pemenangan kepada kandidat lain yakni, kandidat nomor urut 2,† kata Briyur kepada wartawan via seluler, Jumat (17/2) Petang.
Briyur yang berpasangan dengan Paulus Kogoya itu menyebutkan, dugaan kecurangan itu diantaranya warga ikut membantu menyita satu unit kendaraan roda empat yang digunakan sebagai transportasi untuk menyebar politik uang kepada pemilih di Distrik Malagaineri.
“Jadi mobil itu milik Kepala Dinas Pendidikan Alitinus Jigibalom yang sudah diserahkan kepada tim Gakkumdu dan Panwas Lanny Jaya. Alitinus membawa uang yang sangat banyak dan terlihat membawa tujuh amplop masing-masing berisi Rp5 juta yang siap disebar ke warga, namun keburu diketahui,” katanya.
Lalu, dugaan politik uang yang diberikan oleh pendukung nomor urut 2, Befa Yigibalom-Yemis Kogoya kepada warga di TPS dan KPPS di Distrik Gamelia. Bahkan ada oknum ASN Lanny Jaya di Kampung Kubagaluk, Distrik Yiluk memaksa masyarakat dan petugas KPPS disalah satu TPS agar 500 suara diberikan kepada pasangan nomor urut 2.
“Yang di Gamelia itu petugas KPPS langsung melaporkan kepada Panwas distrik dan kabupaten. Sementara yang di Kampung Kubagaluk itu sudah ditindalanjuti ke penyelenggara,” katanya.
Briyur yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan di Kabupaten Nabire ini juga mengemukakan, kepala Kampung Jilekme, Distrik Yiluk yang merupakan pendukung nomor 2, bekerjasama dengan petugas KPPS untuk penggelembungan suara. “Jadi, ada 60 surat suara yang fiktif di Kampung Jilekme, Distrik Yiluk,” bebernya.
Ada juga kecurangan yang terjadi di Distrik Poga yang mengakibatkan terjadinya penundaan pencoblosan pada Rabu (15/2) karena kotak suara diberikan tanpa cap.
“Cap untuk melegalitaskan surat suara yang dicoblos nanti tidak disertakan dalam kotak suara, sehingga tidak terjadi pemungutan suara di Distrik Poga pada Rabu kemarin. Ini juga dilakukan oleh tim pemenangan nomor urut 2,” katanya.
Briyur menduga bahwa sejumlah dugaan kecurangan Pilkada juga melibatkan oknum komisioner KPU Lany Jaya, sehingga sejumlah tahapan ditingkat bawah tidak berjalan lancar.
“Pilkada Lanny Jaya sarat dengan manipulasi, intimidasi dan money politik, apalagi penyelenggara jadi tim sukses, termasuk anggota KPU atas nama Tonius Jikwa yang datang ke Distrik Poga sehari sebelum pencoblosan, menggelar rapat dengan Panwas distrik, PPD, KPPS. Dan terbukti besoknya tidak ada pencoblosan di Poga,” tudingnya.
Berbagai pelanggaran ini, kata dia, sudah di kumpulkan dan di dokumentasi dalam bentuk data dan video yang sudah diserahkan kepada Panwas Lanny Jaya. “Hanya saja, apakah laporan kami ini ditindaklanjuti oleh Panwas, karena ada indikasi ada oknum Panwas yang tidak independen. Apalagi ini hari terakhir pelaporan,” katanya.
“Harapannya, berbagai kasus pelanggaran pilkada di Lanny Jaya bisa segera dipantau oleh Bawaslu dan KPU Papua agar membantu mengawal persoalan yang terjadi, sehingga proses memilih pemimpin bisa berjalan aman dan lancar tanpa ada intervensi pihak kepentingan,” timpal Briyur.
Briyur mengaku sudah meminta tim sukses dan pemenangannya agar menyampaikan kepada massa simpatisan dan pendukungnya untuk tidak terprovokasi oleh isu dan hasutan yang bisa menggagalkan pesta demokrasi lima tahunan itu.
Diketahui, Pilkada Lanny Jaya hanya diikuti oleh dua pasangan calon, yakni pasangan calon nomor urut 1, Briyur Wenda dan Paulus Kogoya dan petahana nomor urut 2, Befa Yigibalom dan Yemis Kogoya.
Laporan: Icahd