KedaiPena.Com – Sempat viral di media sosial, Fawa’id (9 tahun) yang mengurusi ibunya cuci darah rutin di RSUD Tanjung, Lombok Utara akhirnya mendapat pendampingan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Provinsi NTB.
Sang Ibu, Fatimah mendapat vonis gagal ginjal sehingga harus menjalani proses cuci darah setelah sebelumnya mendapatkan perawatan tiga hari di Ruang Irna 2 RSUD Tanjung. Foto Fawa yang menunggui ibu kandungnya selama proses perawatan akhirnya viral setelah diunggah akun Samuel Rizal.
BSMI NTB bersama pemilik akun Samuel Rizal, Usniah akhirnya menemui Fawa dan Fatimah yang dijadwalkan menjalani perawatan di ruang Hemodialisa. Fatimah diketahui sempat mendapatkan perawatan di RS Lapangan BSMI saat gempa mengguncang Lombok beberapa waktu lalu.
Kepada BSMI NTB, Fatimah mengaku hanya tinggal bertiga dengan ayahnya atau kakek Fawa yang sudah sepuh di berugaq (bilik bambu sederhana) berdinding terpal seadanya. Fatimah dan keluarga adalah korban gempa NTB yang rumahnya 100 persen ambruk sehingga menyisakan pondasi saja.
Fatimah mengaku terpaksa mengajak Fawa saat menjalani perawatan karena tidak ada laki-laki dewasa yang ada di keluarganya.
“Saat saya drop dan membutuhkan perawatan segera ke RS tidak ada lelaki dewasa lain di keluarga sehingga terpaksa harus melibatkan Fawa,” papar Fatimah kepada Dokter Witha dari BSMI NTB.
Sebab kondisinya pula, kini Fatimah tak bisa bekerja. Tumpuan satu-satunya ekonomi keluarga tersebut adalah Kakek Fawa yang sudah sepuh yang masih bekerja sebagai buruh penjaga kebun cengkeh.
Dokter Witha menjelaskan, keadaanlah yang memaksa Fawa harus mendampingi ibunya saat berobat rutin cuci darah ke RSUD. Ia terpaksa harus mengorbankan pelajaran di sekolah demi menemani sang ibu. Medan dari tempat tinggalnya di Dusun Senjajak ke Kota Kabupaten juga cukup menantang.
“Padahal dari segi prestasi Fawa selalu juara 1 sejak kelasa 1 SD. Fawa bercita-cita ingin jadi dokter,” papar Witha.
Witha menjelaskan, dari hasil pertemuan dengan keluarga BSMI NTB akan mendampingi Fawa dan ibunya agar bisa lancar dalam penyediaan akses transportasi saat jadwal cuci darah.
Selain itu, sebagai salah satu korban gempa dengan status gagal ginjal stadium akhir Fatimah selayaknya bisa tinggal di tempat yang lebih layak untuk menunjang kondisi kesehatannya.
“Maka, bantuan untuk membangun setidaknya hunian sementara yang kondusif sangat dibutuhkan,” papar dia.
Witha menjelaskan, masa depan Fawa dalam hal pendidikan juga perlu mendapat perhatian. Sebab, Fawa memiliki potensi kecerdasaan yang tidak boleh dikesampingkan karena alasan ekonomi.
“Keluarga akhirnya sepakat kita buka gerakan kepedulian untuk Fawa dan Ibu Fatimah. Semua donasi akan diberikan sepenuhnya kepada Ibu Fatimah sebagai bantuan biaya hidup serta biaya pendidikan juga membangun tempat tinggal yang layak,” papar Witha.
Laporan: Ranny Supusepa