KedaiPena.Com – Tidak mudah mengubah pilihan pemilih yang fanatik (loyal voters). Tetapi bagi pemilih yang abu-abu, sebuah blunder politik berpotensi besar mempengaruhi pilihan politik pada sebuah pilkada.
Blunder politik itu seperti tindak pidana korupsi yang massif, tindak pidana pelecehan seksual, program dan kebijakan kontroversial yang tidak disukai dan menuai protes dari sebagian besar masyarakat, pernyataan kontroversial yang menyinggung perasaan sebagian besar masyarakat, dan sebagainya.
Demikian disampaikan peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo kepada KedaiPena.Com, Jumat (1/4).
Maka jika seandainya peristiwa tersebut menimpa Ahok, tentu bisa membuat sebagian pemilihnya (bukan pemilih fanatik) berpindah atau bermigrasi ke kandidat lain.
Kini, publik Jakarta dihebohkan dengan kasus suap Podomoro ke DPRD DKI terkait reklamasi Teluk Jakarta. Seperti diketahui, Ahok-lah pemberi izin prinsip kepada PT Muara Wisesa Samudra (MWS), entitas Agung Podomoro Land (APL) yang menangani reklamasi Jakarta.
Selain instrumen tersebut, masih banyak lagi instrumen lainnya yang dapat memengaruhi dukungan pemilih seperti gerakan money politik yang dilakukan secara massif dan tepat sasaran serta adanya intimidasi pemilih.
“Namun demikian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sejumlah instrumen tersebut dalam memengaruhi perilaku pemilih perlu diuji melalui survei agar terpetakan dengan jelas dan akurat,” tandas dia.
(Prw)