KedaiPena.Com- Tokoh Nasional Rizal Ramli mendesak agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat segera menurunkan harga kebutuhan pokok dan keluarganya agar bangsa serta rakyat Indonesia kembali berwibawa.
Hal tersebut ditegaskan RR dalam wawancara yang disiarkan oleh Podcast Refli Harun yang berjudul “Ngeri-ngeri Sedap, Rizal Ramli Datang Lagi! Ada Ledakan Apa Lagi?” seperti dicukil Kedai Pena, Sabtu,(4/11/2023).
“Tadi siang saya dan beberapa teman, kami semua sangat gembira bahwa perubahan akan segara terjadi. Seperti pernah saya katakan kalau kita ingin perubahan Jokowi turun, tapi kalau kondisi objektinya belum matang, maka itu tidak bisa. Tapi kalau kondisi objektifnya sudah sangat matang, maka perubahan pasti akan terjadi. Ini persoalannya ada pada leadership,” ujar RR.
Menurut RR ada tiga kondisi yang disebutnya telah matang tersebut. Seperti diketahui, Bung Karno maupun Soeharto jatuh karena harga beras tersebut.
Pemerintah, kata mantan Menko Kemaritiman itu, melakukan beberapa blunder terkait kenaikan harga tersebut. Pertama, pemerintah tidak segera mengantisipasi kenaikan harga beras tersebut. Karena itu, harga beras dibiarkan terus melambung.
Blunder kedua, yaitu mengeluarkan peraturan bahwa masyarakat hanya boleh membeli beras sebanyak dua kali lima liter (Kg) untuk sekali pembelian. Hal ini, kata ekonom senior itu, membuat warga golongan menengah ke atas menjadi panik karena itu membeli stok banyak. Karena itu stok beras menjadi berkurang.
Kedua, pemerintah menaikkan harga BBM. Seperti diketahui, harga BBM tersebut terkait dengan 200 juta pengendara sepeda motor.
Ketiga, menaikkan harga listrik. Jika ada konsumen yang terlambat membayar, maka PLN langsung mengancam akan memutuskan jaringan. Hal seperti ini tidak pernah terjadi di negara kapitalis sekalipun. Di negara kapitalis, mereka memberi waktu selama 1 bulan sampai 2 bulan sebelum konsumen diancam pemutusan jaringan.
Kedua, dimensi politik. Dalam dimensi ini ada keinginan Jokowi untuk membuat dinasti kerajaaan. Dan hal ini bertentangan dengan sejarah bangsa Indonesia. Seperti diketahui, para tokoh bangsa ini berjuang bagi terbentuknya negara republik Indonesia. Para raja juga berjuang membantu dengan memberi sumbangan bagi negara republik yang baru ini.
“Jokowi tidak mengerti sejarah bangsa Indonesia karena itu dia membuat,” beber RR.
Ketidaksukaan terhadap dinasti Jokowi makin lama makin meningkat. Makanya saya bersama Rocky Gerung merumuskan tagline ‘Turunkan Harga dan Keluarga Agar Bangsa Kita Berwibawah,” ujar Bang RR.
Ketiga, aspek internasional. Hal ini, menurut Bang RR, makin jelas bahwa Jokowi merupakan antek atau boneka Beijing.
Dia mengatakan, berbagai penolakan di daerah terhadap investasi Tiongkok berakhir dengan tindakan yang sangat merugikan rakyat. Seperti Bupati di Gorontalo yang pro terhadap investasi Tiongkok kantornya dibakar massa.
Demikian juga bentrokan dalam kasus di Rempang. Hal ini, menurut Bang RR, tidak lepas dari kemenangan Jokowi pada pemilu 2014 lalu. Waktu itu, Jokowi berjanji kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk membuat pelabuhan besar di Medan supaya bisa digunakan oleh angkatan laut China. Namun, hal itu ditolak oleh gubernurnya.
Jokowi akhirnya bertemu Presiden Jinping beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan itu, keduanya sepakat untuk membersihkan Rempang dari penduduk lokal.
“Kalau ini mau dibuat pabrik kaca yang terbesar di dunia maka sudah cukup dengan 2000 Ha. Ini mau dibersihkan 17 ribu Ha dari penduduk lokal. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan Hak Azasi Manusia (HAM) dan hak-hak rakyat. Tapi yang paling penting yaitu Jinping mau memakai Rempang sebagai basis pangkalan militer dan intelijen China di Selat Malaka,” ujarnya.
Terhadap informasi ini, Refly Harun bertanya, “apakah (informasi) ini sudah confirm?” dan dijawab ‘Ya” oleh RR.
“Siapa yang menguasai Selat Malaka pasti dia akan menang karena 80 persen perdagangan dunia melewati Selat Malaka,” tambah RR.
“Maka jelas, Jokowi akan manut dengan permintaan Beijing, apalagi Ibu Kota Negara (IKN) dia (Jokowi) minta desainernya dari China. Jadi, ini menunjukkan bahwa Jokowi betul-betul antek Beijing. Tiga kombinasi ini, ekonomi susah, kerajaan dinasti politiknya yang mau dibangun, dan antek Beijing, merupakan tiga formulasi dari kejatuhan Jokowi tidak lama lagi,” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena