KedaiPena.com – Keterlibatan pemilih pemula dalam setiap Pesta Demokrasi yang digelar setiap lima tahun dinyatakan mampu memberikan warna baru. Selama, para pemilih pemula ini mampu memilih para calon wakil rakyat melalui penelaahan dan pemikiran kritis mereka.
Pengamat Hukum Tata Negara, Universitas Indonesia, Bivitri Susanti menyampaikan ada beberapa indikator yang melekat pada pesta demokrasi berkualitas. Salah satunya adalah keterwakilan suara atau aspirasi dari para pemilih, terutama para pemilih pemula.
“Sebagai generasi pemilih pemula, kelompok ini mampu memberikan warna baru dalam pesta demokrasi yang akan berlangsung nanti. Para pemilih baru ini diharapkan mampu mengenali para wakil mereka. Misalnya, mana tokoh yang asal bicara saja, mana tokoh yang membuat KPK lemah,” kata Bivitri, Kamis (28/7/2022).
Dan para pemilih muda ini dapat menjadi alat kontrol baru pada para wakil rakyat yang terpilih.
“Saat sudah terpilih, ternyata bandel nih. Para pemilih pertama bisa melakukan kontrol. Lewat sosial media juga boleh. Karena sekarang para tokoh negara juga aktif bersosial media,” ungkapnya.
Bivitri menyatakan untuk membentuk pesta demokrasi yang berkualitas, para pemilih pemula juga harus dijadikan subjek.
“Selama ini kan pemilih pemula ini hanya dijadikan objek saja. Mereka dibanjiri informasi, harus pilih ini, jangan pilih itu, oleh pemilih yang sebelumnya. Tools buat para pemilih muda ini adalah berpikir kritis. Mereka harus mampu berpikir kritis dengan memberikan peluang bagi anak muda untuk bisa menelaah suatu informasi tersebut, benar atau tidak,” ungkapnya lagi.
Dan pemikiran kritis ini bisa didapatkan melalui pendidikan formal dan informal, seperti kegiatan berorganisasi atau terlibat dalam diskusi-diskusi ilmiah.
“Menurut saya, waktu dua tahun masih cukup untuk memberikan tools berpikir kritis ini pada generasi muda, terutama pemilih pemula. Sehingga mereka bisa menilai secara kritis setiap fakta atau hoaks yang masuk ke mereka,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa