KedaiPena.Com- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tengah kembali menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir. Pasalnya, biaya pembangunan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) membengkak dari rencana awal di tahun 2015.
Biaya pembangunan proyek KCJB membengkak dari penawaran awal oleh pemerintah China pada 2015 lalu. Jumlah dana yang dibutuhkan membengkak menjadi Rp 28,5 triliun. Sehingga maksimal anggaran pembangunan yang dibutuhkan Rp 118,5 triliun.
Eks Wakil Ketua Komisi VI DPR RI yang juga Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir terheran-heran dengan pembekakan biaya dari megaproyek di era kepimpinan Menteri BUMN Rini Soemarno tersebut.
“Yang mengherankan adalah bahwa adanya pembengkakan anggaran atau cost overrun tidak diperhitungkan didalam studi kelayakan sehingga ketika sekarang terjadi cost overrun tersebut,” kata Inas, Jumat,(5/8/2022).
Inas menyoroti, baru akan dinegosiasikanya antara dua pemilik saham KCIC, yakni konsorsium BUMN Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Beijing Yawan HSR Co.Ltd terkait dengan cost overrun proyek tersebut.
Inas merunut pernyataan dari Dirut KCIC yakni Dwiyana Slamet yang menyebut bahwa pembiayaan cost overrun, atau biaya bertambah dari initial budget akan menjadi tanggung jawab PSBI dan Beijing Yawan sesuai dengan shareholders agreement.
“Akan tetapi dalam kenyataan-nya sekarang ini malahan akan ditanggung oleh APBN sebesar Rp. 4.1 triliun melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) melalui PT Kereta Api Indonesia (Persero),” papar Inas.
Parahnya, Inas mengungkapkan, Cina secara tegas telah menolak menanggung cost overrun tersebut. Bahkan, meminta rakyat Indonesia menanggung-nya melalui APBN.
“Padahal awalnya Cina hanya menghitung dengan anggaran sebesar USD. 5.1 miliar tapi kemudian setelah menanda tangani kontrak, malahan bengkak menjadi USD. 6.07 miliar, kemudian bengkak lagi menjadi USD. 6.2 miliar dan terakhir bengkak lagi menjadi USD. 8.6 miliar,” tegas Inas.
Dengan kondisi demikian, Inas mempertanyakan, maksud dari pihak Cina yang menyerahkan biaya cost overrun tersebut kepada pemerintah Indonesia. Inas menduga ada upaya mengakali dari pihak Cina terkait hal tersebut.
“Apakah Indonesia kena diakali oleh Cina? Bisa saja seperti itu, pasalnya diawal perencanaan kereta cepat Jakarta Bandung, ada kompetitor Cina yakni Jepang yang justru menawarkan lebih murah yakni Rp 60,79 triliun dengan kecepatan 320 kilometer per jam. Kebutuhan investasi dibiayai dengan pinjaman lunak Jepang sebesar 75 persen, tapi anehnya justru Cina yang dipilih, ada apa ya?,” tandas Inas.
Sekedar informasi, nilai pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat yang sudah ditemukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mencapai US$1,176 miliar, atau setara dengan Rp16,8 triliun. Hasil temuan tersebut sudah diserahkan kepada Kementerian BUMN pada Maret 2022.
Berdasarkan catatan biaya awal pembangunan Kereta Cepat ini sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,5 triliun.
Saat ini, progres investasi proyek Kereta Cepat Jakarta– Bandung telah mencapai 85 persen. Sementara itu, progres fisik proyek telah mencapai 76 persen.
Kereta Cepat Jakarta–Bandung nantinya akan beroperasi di jalur ganda sepanjang 142,3 km yang akan berhenti di empat stasiun yaitu Stasiun Halim (Jakarta), Karawang, Padalarang, dan Tegalluar (Bandung).
Laporan: Muhammad Lutfi