KedaiPena.com – Di tengah perjuangan seluruh negara di dunia untuk mengendalikan inflasi, dinyatakan Indonesia memiliki keuntungan dengan memiliki variasi komponen pengendali inflasi yang lebih beragam.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan Indonesia memiliki ragam pengendalian inflasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
“Ini yang kemudian membuat pengendalian inflasi di Indonesia tidak memberi efek samping negatif, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi,” kata Juda, Rabu (31/5/2023).
Ia menyebutkan negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengendalikan inflasi hanya dengan instrumen kebijakan suku bunga.
Sedangkan Indonesia, tak hanya mengandalkan kebijakan suku bunga. Namun, juga pengendalian inflasi pangan lewat Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“Jadi, mereka tidak memiliki GNPIP, tidak punya Tim Pengendalian Inflasi. Satu-satunya senjata untuk mengendalikan inflasi adalah kenaikan suku bunga,” paparnya.
Juda menyebutkan dengan menaikkan komponen suku bunga, akan memberi efek samping negatif terhadap perekonomian di negara-negara tersebut.
Di AS misalnya, Paman Sam kini tengah mengecap getah suku bunga tinggi berupa beberapa bank yang jatuh.
Sekto riil di AS juga mulai terdampak. Banyak perusahaan yang kemudian harus gulung tikar akibat suku bunga yang tinggi. Sedangkan Indonesia, kini sudah mulai bertahap bisa menurunkan inflasi.
Disampaikan, per April 2023, inflasi bergerak di kisaran 4,33 persen YoY atau lebih rendah dari inflasi tahun 2022 yang sebesar 5,51 persen YoY.
“Memang, inflasi masih melampaui kisaran sasaran BI yang sebesar 2 persen YoY hingga 4 persen YoY. Namun, inflasi akan kembali ke kisaran sasaran dengan berbagai upaya yang dilakukan. Diperkirakan, inflasi akan kembali ke target pada kuartal III 2023,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa