KedaiPena.com – Dengan mengutamakan prinsip pengelolaan kawasan taman nasional yang mensinergikan kelola ekologi, ekonomi dan sosial budaya, Balai Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC) terus berupaya menjaga kelestarian hutan dengan tetap mengusung kedaulatan rakyat. Sehingga pengelolaan TNGC dapat menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat sekitar, selama 17 tahun ini.
“Dalam menjalankan amanahnya untuk menjaga kelestarian kawasan TNGC, Balai TNGC tidak hanya mengutamakan perlindungan dan pengamanan kawasan, namun juga memperhatikan kelola kondisi ekonomi, dan sosial budaya yang ada disekitarnya menjadi tiga pilar kekuatan pengelolaan,” ujar Teguh Setiawan, Kepala Balai TNGC dalam Media Trip yang diadakan di Kantor Balai TNGC, Kuningan, melalui keterangan tertulis, Jumat (25/2/2022).
Hal ini sejalan dengan salah satu isu yang akan dikawal oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam G20 tahun 2022, supporting more sustainable recovery yaitu mendukung pemulihan yang berkelanjutan dengan mensinergikan pemulihan pada sektor ekonomi, sosial juga lingkungan pasca pandemi COVID 19.
Balai TNGC selama ini, terus bekerjasama dengan para mitra dan masyarakat dalam melakukan upaya pengendalian karhutla melalui beberapa kegiatan. Seperti Patroli Fire Care Camp bersama para mitra dan masyarakat, pemeliharaan sekat bakar, pemadaman, dan pengadaan sarana prasarana pengendalian karhutla.
“Panjang sekat bakar yang dibuat pada tahun 2021 mencapai 28,8 km. Untuk kegiatan pengamanan dan perlindungan kawasan dari areal terbakar pada tahun 2021 mencapai luasan 0,0375 ha lebih rendah dari tahun 2020 yang mencapai luasan 27,79 ha, karena lebih sedikit kejadian karhutla di TNGC,” ucap Teguh.
Untuk membantu pertanian masyarakat, Balai TNGC telah melakukan pengawetan plasma nutfah dengan menghasilkan tiga mikroba berguna yang siap diperbanyak dan dimanfaatkan oleh petani sekitar kawasan agar dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Ekosistem kawasan TNGC berdasarkan Nilai Indeks Keanekaragaman Hayati (H’) hasil Inventarisasi Potensi Kawasan pada tahun 2021 bernilai >3, sehingga termasuk kategori “Tinggi”. Kondisi ini menujukan kualitas ekosistem yang stabil dan mantap. Kualitas ekosistem yang baik ini tentu memberikan dampak bagi perkembangan populasi spesies kunci (key spesies) TNGC.
“Pada tahun 2021, untuk Macan Tutul (Pantera pardus) perkiraan jumlah populasi sebanyak 1-4 ekor, untuk Elang Jawa (Nisaetus bartelzi) berjumlah 32 ekor dengan 10 site monitoring dan Surili (Presbytis comata) berjumlah 105 ekor dari 14 site monitoring. Berdasarkan hasil analisa Citra Landsat tahun 2021, tutupan lahan hutan di kawasan TNGC pun mencapai 80 persen, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai 76 persen,” paparnya.
Ekosistem yang stabil dan mantap di TNGC menjadi berkah bagi masyarakat sekitar. Sebanyak 29 kelompok dalam bentuk badan usaha koperasi pengelola wisata alam yang terdiri dari 16 kelompok lingkup Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kuningan dan 13 kelompok lingkup SPTN Wilayah II Majalengka, telah memiliki Ijin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA).
Selanjutnya sampai dengan tahun 2021, jumlah kelompok masyarakat yang telah diberikan bantuan usaha ekonomi produktif sebanyak 76 kelompok dari 38 desa dengan total nilai lebih dari Rp2.3 miliar. Pada tahun 2021, Balai TNGC memfasilitasi 22 kelompok dari 19 desa dengan jumlah biaya mencapai Rp600 juta yang langsung ditransfer melalui rekening kelompok masyarakat yang meliputi kegiatan pengembangan wisata alam, pengendalian kebakaran hutan dan penanganan kotoran hewan.
Kawasan hutan Gunung Ciremai (Balai TNGC) ditunjuk menjadi kawasan taman nasional oleh Menteri Kehutanan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004 dengan luasan 15.500 ha dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 3684/Menhut- VII/KUH/2014 tanggal 8 Mei 2014 tentang Penetapan Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai seluas kurang lebih 14.841,3 ha yang terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Provinsi Jawa Barat.
Laporan: Natasha