KedaiPena.Com – Menjadi seorang pemandu di sebuah kawasan taman nasional tentu memiliki resiko tinggi dan berbeda dari pekerjaan pada umumnya. Tidak jarang nyawa menjadi taruhan dari pekerjaan ini.
Hendi Hendrawan (48) warga Desa Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai seorang pemandu gunung dan relawan di Resort Kawah Ratu, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Hendi yang sedari kecil sudah tinggal di Desa Cidahu memilih pekerjaan sebagai seorang pemandu wisata di Gunung Salak sebagai bentuk kecintaannya kepada daerah asalnya tersebut.
Hendi menuturkan pekerjaanya sebagai seorang pemandu di Resort Kawah Ratu tidak jauh-jauh untuk mengantar tamu ke puncak gunung. Selain itu, ia pun sigap menjadi relawan ketika pendaki mengalami kecelakaan atau tersesat di Gunung Salak.
“Untungnya saya difasilitasi dan dididik soal ‘safety prosedure’ oleh taman nasional. Bahkan kita dilatih dan diberikan panduan,” ujar dia saat berbincang dengan KedaiPena.Com, di Resort Kawah Ratu, Sukabumi, Senin (18/12).
Hendi juga menjelaskan syarat bekerja sebagai seorang pemandu dan volunteer haruslah memiliki pemahaman soal medan dan rute di kawasan Gunung Salak. Hendi mengatakan hal itu sangat diperlukan untuk memberikan perlindungan kepada pendaki.
“Resiko dalam pekerjaan pasti ada. Walaupun kita sudah tahu rute dan sudah bisa memprediksi. Dan tetap yang penting adalah pengunjung,” ungkap dia.
Hendi juga mengungkapkan dengan resiko tinggi yang didapatkan dari pekerjaannya tersebut, dirinya belum mempunyai asuransi atau jaminan sosial untuk melindungi saat bekerja.
“Jaminan sosial atau asuransi belum ada. Kalau dulu memang sempat ada rencana bahwa pemandu dan volunteer itu ada asuransi walaupun sampai saat ini belum,” ujar Hendi.
Hendi pun mengakui bahwa dirinya kini masih menggunakan dana pribadi atau meminta sumbangan ke masyarakat kampung bila mana sakit atau mengalami kecelakaan dalam bekerja.
Dirinya pun berharap bila ada program jaminan sosial yang mencover dirinya saat sakit atau mengalami kecelakaan kerja seperti BPJS Ketenagakerjaan.
“Untuk sementara sampai saat ini belum saat dan masih menggunakan dana pribadi atau meminta sumbangan. Dan bila ada program tersebut di Cidahu sangat bagus,” imbuh pria yang juga bekerja menyewakan tenda ini.
Untuk diketahui saat ini BPJS Ketenagakerjaan sedang fokus mengejar peserta dari kalangan sektor pekerja informal atau tidak memiliki gaji tetap.
Total peserta BPJS Ketenagakerajaan sebanyak 47,01 juta orang hingga November 2016. Jumlah tersebut didominasi dari pekerja formal, sementara pekerja informal masih sangat sedikit.
Untuk jumlah peserta informal sendiri BPJS Ketenagakerjaan baru bisa mengakomodir 912 ribu. Jumlah itu masih sangat sedikit dari total 70,3 juta orang pekerja informal.
Laporan: Muhammad Hafidh