KedaiPena.Com – Meski cahaya Matahari tak begitu menyengat di siang pertengahan Bulan Juli, berkendara menggunakan sepeda motor di jalur jalan berpasir dan sepi, tetap saja menyebabkan gerah dan capek.
Di atas pasir, sepeda motor memang tak akan mampu melesat dengan cepat, bahkan akan terhenti cukup sering karena ketebalan pasir ‘menelan’ ban sepeda motor. Memaksakan melaju dengan kencang, beresiko terpeleset dan jatuh serta terluka.
Menghentikan kendaraan untuk beristirahat dan meneguk air putih dengan ritme sering adalah keputusan bijak. Beban kendaraan karena kecepatan yang lambat memang akan sangat terasa.
Begitu pengalaman singkat perjalanan menuju sebuah pantai yang masih terasing di Desa Rawa Makmur, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Bagi masyarakat, pantai ini dikenal dengan sebutan Pantai Bandang. Pantai cantik nan eksotis yang masih terawat dan asri. Meski, hutan di sekitar pantai sudah banyak di tebang untuk dijadikan perkebunan baik oleh warga dan perusahaan.
Tak banyak yang tahu keberadaan pantai berpasir putih dan memiliki gulungan ombak besar berbuih busa putih ini. Hanya sebagian kecil masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Kolang dan sekitarnya.
Keterasingan Pantai Bandang tak mengherankan, mengingat pilihan objek wisata pantai di Kabupaten Tapteng memang terbilang banyak. Apalagi, informasi tentang keberadaannya memang sedikit dan tidak mengemuka.
Akses darat menuju pantai ini memang tergolong sulit. Jalur jalan yang hanya boleh dilewati dengan sepeda motor baru saja terbentuk karena kehadiran sebuah perusahaan perkebunan Kelapa Sawit.
Berbeda jika memilih jalur laut menggunakan kapal atau Speed Boat, maka pantai ini mudah disinggahi sembari melakukan perjalanan wisata ke Air Terjun Pulau Mursala. Pantai Bandang memang tampak berhadap-hadapan dengan pulau yang tersohor itu.
Perjalanan menuju Pantai ini tak memakan waktu hingga berjam-jam. Dari pusat Desa Rawa Makmur, hanya berjarak 1 jam perjalanan dengan sepeda motor.
Meski harus melewati sebuah jembatan kecil yang terbuat dari kayu hutan sembarang diatas parit selebar 2,5 meter yang memicu adrenalin, akses sepeda motor sudah bisa mencapai bibir pantai untuk di parkir.
“Kalau sebelum-sebelumnya, masyarakat Desa Makarti Nauli dan Desa Rama Makmur, ya dari jalan hutan baru bisa sampai ke pantai Bandang. Jalur lain memang ada, itu dari sungai Kolang, atau dari Labuhan Angin, karena pantai itu kan memang panjang,” kata seorang tokoh di Desa Rawa Makmur, Pandiangan kepada KedaiPena.Com belum lama ini.
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian, adalah pepatah yang pantas begitu tiba di bibir pantai Bandang. Keindahan alam yang menyatu dengan lautan biru bak obat ‘puyer’ penghilang sakit kepala. Mengekspresikan sebuah teriakan panjang layak diberikan.
Berburu Biota Laut
Keasrian dan kealamian pantai Bandang tak hanya yang terlihat di permukaan, keberadaan binatang-binatang laut yang tersembunyi di hamparan pasir pinggiran laut menguatkan kesimpulan itu.
Ya, sepanjang pantai ini masih penuh dengan Biota laut yang juga layak disantap, yakni Kerang-kerangan yang akrab dengan sebutan Rimis serta Kepiting ‘Paranjungan” yang dikenal ‘bermata’ tiga pada bagian punggung. Tak lupa, penghobi pancing boleh menguji kelihaian di pantai ini.
“Kalau ikan masih banyak, ada Todak, Belanak, cukup berjenis lah,” kata Pandiangan.
Untuk menemukan Rimis, hanya dengan mengorek pasir di bawah gulungan ombak. Jika tak mau repot dengan mengorek dan berbasah-basah ria, maka tunggu saja, usai ombak mendebur, Rimis akan muncul di permukaan pasir. Silahkan memungut dengan cepat, atau Rimis akan kembali bersembunyi di dalam pasir.
“Yang diambil Rimis yang sudah besar seukuran jempol orang dewasa, yang kecil-kecil jangan diambil, supaya keberadaanya Rimisnya berkelanjutan,” Pandiangan menyarankan.
Sementara, untuk mendapatkan Kepiting ‘Paranjungan’, selain menggunakan jaring khusus, sarana pancing juga dapat digunakan. Biasanya, memancing kepiting dilakukan pada malam hari.
Untuk memancing Kepiting, tak memakai umpan, hanya dengan mata pancing saja. Saat Kepiting mengapit mata pancing, tarik perlahan menuju pasir yang jauh dari ombak. Lalu, memungutnya dengan memegang bagian punggung yang tak tercapai oleh dua buah Kapit Kepiting.
Sarana Menenangkan Diri
Pantai Bandang memang eksotis dan layak dijadikan sarana untuk sejenak mengasingkan diri dari keramaian serta hiruk pikuk kesibukan pekerjaan.
Rasakan sensasi merebahkan diri di atas pasir putih atau mandi di pantai dengan kejaran ombak serta air laut yang masih bersih dan masih terhindar dari sampah.
Keindahan pantai terlihat menyatu dengan keberadaan pohon-pohon cemara yang masih terjaga. Terdapat juga hamparan Ilalang yang terlihat malu-malu menari mengikuti hembusan angin Samudra Hindia.
Bermalam di pantai ini boleh jadi pilihan, asal membawa perbekalan tenda dan makanan serta minuman secukupnya. Pasalnya, tak ada yang berjualan di pantai ini.
Keberadaan Pantai ini diharapkan dapat tetap terawat dan terjaga. Jika berkunjung, ingat, agar tak membuang sampah sembarangan dan tak melakukan eksploitasi dalam skala besar terhadap Biota laut yang ada.
“Tentu kita berharap keasrian dan ke alamian yang dimiliki pantai Bandang bisa tetap terjaga. Pun, jika suatu saat ini akan mendapat sentuhan pengelolaan, kita berharap keasriannya tetap seperti sedia kala,” harap Pandiangan.
(Dom)