Hambarnya hubungan suami-istri, yang diantaranya terpantul lewat memudarnya sikap dan atmosfir romantis pasangan suami-istri, kerap hinggap pada banyak pasangan. Tak terkecuali pada pasangan muda.
Seakan-akan sikap romantis itu hanya hak istimewa (privilage) bagi  pasangan yang sedang dimabuk asmara saja. Atau setidaknya khusus untuk para pengantin baru. Padahal, semestinya tidaklah demikian. Â
Tetap mempertahankan atmosfir dan pola hubungan yang romantis  antara pasangan suami-istri, tentu akan memberikan sebuah warna kebahagiaan yang jauh lebih indah dan berwarna ketimbang menjalani atmosfir dan sikap penuh kehambaran hubungan pada pasangan.
Sungguh ada yang agak ganjil, bila pasangan suami-istri yang hidup dalam satu atap, yang pernah mengalami masa-masa indah dan penuh keromantisan di awal-awal pernikahan, ternyata entah mengapa, justru  lambat-laun membiarkan atmosfir keromantisan itu terus menyusut dan menukik ke jurang kehambaran hubungan. Pasti ada sesuatu, bukan?
Namun di sini kita tak membahas tentang “adanya sesuatu” itu. Meski bisa saja untuk menguak tabir memudarnya keromantisan itu, kini telah tersedia jasa detektif swasta yang bisa dipakai dan bertarif mahal, tentang ada-tidaknya kemungkinan cinta segitiga dan perselingkuhan yang memicu memudarnya keromantisan anda dan pasangan.
Di sini kita hendak mereguk beberapa inspirasi tentang bagaimana sikap romantis dipelihara dan dipraktekkan oleh Rasulullah Muhammad SAW pada istrinya. Â Â
Dalam sebuah riwayat Bukhari dan Abu Daud,  Aisyah RA berkisah. Bahwa  dirinya ketiduran lantaran kelelahan usai membuat panganan roti ketika itu.
Ternyata pada saat itu Rasulullah sedang terserang udara dingin usai kembali dari mushola rumah. Lalu beliau membangunkan Siti Aisyah, seraya berbisik:
“Mendekatlah padaku, hangatkanlah diriku, hangatkanlah diriku!”
Lalu dijawab Aisyah yang dijuluki Humaira (is mungil berpipi nan merona merah): “Aku sedang haid”.
“Meskipun engkau sedang haid, singkapkanlah kedua pahamu,” pinta Rasulullah. Aisyah pun mengikuti dengan membuka kedua pahanya.
Lalu Rasulullah meletakkan pipi dan kepalanya (juga dadanya) di atas paha Aisyah, sambil Aisyah pun mendekap beliau hingga beliau merasa hangat dan tertidur.
Sikap Rasulullah itu memberi petunjuk, bahwa beliau tetap romantis sekalipun istri beliu sedang haid. Bahwa istri yang sedang haid bukan malah dihindari. Tetapi tetap perlu disayang, Â dibelai, dan dimanja, tentu tanpa menyetubuhinya. Â
Sikap romantis Rasulullah pada istrinya terdokumentasi di beberapa hadis lain. Diantaranya hadis riwayat Sa’id bin Mansyur, yang menyebut dari Atha bin Yasar:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW dan Aisyah RA biasa mandi bersama dalam satu bejana. Ketika Rasulullah sedang dalam satu selimut (handuk) dengan Aisyah, tiba-tiba Aisyah berdiri.
Beliau lalu bertanya, ‘Mengapa dirimu berdiri?’ Jawab Aisyah, ‘Sebab saya haid, wahai Rasulullah’. Sabda Rasulullah, ‘Kalau begitu, pergilah, lalu bersihkanlah dan dekatlah kembali padaku’. Aku pun masuk, lalu berselimut bersama beliau.”
Lalu dalam Hadis Riwayat Muslim, Aisyah berkata:
“Pernah aku minum, sedangkan ketika itu aku sedang haid. Lalu aku memberikan minuman (dari bejana yang sama) itu pada Rasulullah, beliau menempelkan mulutnya persis ditempat bekas aku minum, lalu beliau minum.”
“Pernah pula aku makan daging yang tersisa dari tulang dengan mengigitnya, sedangkan aku sedang haid. Kuberikan daging itu pada Rasulullah, lalu beliau meletakkan mulutnya pada bekas mulutku.”
Maka, bukankah anda ingin tetap atmosfir romantis bersama pasangan anda dapat senantiasa terpelihara sepanjang waktu, wahai para pasangan keluarga muda dan keluarga senior nusantara?.
Oleh: Nanang Djamaludin,
Direktur Eksekutif Jaringan Anak Nusantara (JARANAN), Konsultan Parenting dan Keluarga