KedaiPena.Com – Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera berharap agar situasi politik yang terjadi di tahun 2019 dapat menjadi pelajaran bahwa ke depan, perbedaan dan perdebatan yang ada harus melahirkan kompetisi dan sintesa terbaik bagi kerja-kerja produktif pembangunan bangsa.
Hal tersebut disampaikan oleh Mardani sapaanya saat memberikan refleksi politik di tahun 2019 yang meninggalkan banyak cerita mulai dari perhelatan pemilu hingga proses pendewasaan demokrasi melalui unjuk rasa rutin.
“Di titik inilah perbedaan itu menjadi rahmat bagi bangsa Indonesia, bukan menjadi perpecahan dan konflik. Sekali lagi, ini tugas dan peran para Tokoh Bangsa untuk mengarahkan dan mengelola perbedaan yang ada di masyarakat dan bangsa kita menjadi hal yang produktif dan konstruktif,” ungkap Mardani kepada KedaiPena.Com, Selasa, (31/12/2019).
Mardani juga berharap agar di tahun 2020 nanti para tokoh bangsa dapat bisa mengawal dan mendidik masyarakat agar perbedaan pendapat dan afiliasi politik tidak boleh mengakibatkan perpecahan sosial masyarakat.
Para tokoh bangsa, lanjut Mardani, juga harus memberikan teladan bahwa perbedaan dan kompetisi politik harus tetap mengedapankan persaudaraan dan persatuan bangsa.
“Ikatan persaudaraan kebangsaan kita harus di atas perbedaan pandangan politik, seperti yang dulu pernah dicontohkan oleh para Bapak Pendiri Bangsa kita ketika bersatu memperjuangkan kemerdekaan dan merumuskan dasar konstitusi negara,” beber Mardani.
Meski demikian, Mardani mengapresiasi, tingkat keikutsertaan masyarakat dalam pemilu 2019 ini. Pasalnya, jika mengacu survei internal yang dilakukan oleh internal PKS sekitar 85% penduduk Indonesia yang memiliki hak pilih memperhatikan dinamika Pemilu Presiden saat berlangsungnya kontestasi.
“Yang patut kita syukuri adalah perhatian dan kesadaran politik rakyat semakin meningkat. Rakyat semakin sadar dan paham betapa pentingnya politik, kekuasaan, terutama perhelatan Pemilu sebagai even yang menentukan masa depan bangsa selama 5 tahun ke depan,” ungkap Mardani.
Mardani menambahkan antusiasme masyarakat dalam menyambut dan mengikuti perhelatan Pemilu Presiden ini terlihat dari begitu banyaknya masyarat yang hadir dalam setiap acara kampanye terbuka para calon Presiden dan Wakil Presiden.
“Dan juga terlihat pada hari pemungutan suara, dengan tingginya tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 ini yang mencapai 81%. Angka partisipasi 81% pada Pemilu 2019 ini bertambah hampir 10% dibanding Pemilu 2014, dan melampaui target nasional KPU yang awalnya mematok angka 77,5% partisipasi pemilih. Apresiasi untuk KPU dan Bawaslu atas tingginya tingkat partisipasi pemilih di Pemilu 2019 ini,” jelas Mardani.
Selain di darat, lanjut Mardani, di media sosial juga sangat terlihat antusiasme masyarakat. Indikasinya adalah tingginya intesitas pembicaraan dan postingan masyarakat terkait Pemilu Presiden, terutama saat acara debat capres dan kampanye terbuka di GBK.
Indikasi lainya yang dilihat Mardani adalah bertahannya tagar #2019GantiPresiden yang ia inisiasi sejak awal tahun 2018 hingga masa hari terakhir kampanye Pemilu 2019.
“Tagar #2019GantiPresiden pernah menjangkau lebih dari 150 juta reach dan juga diketahui oleh lebih dari 60% penduduk Indonesia yang memiliki hak pilih. Ini semua menunjukkan betapa tingginya perhatian dan antusiasme rakyat Indonesia terhadap Pemilu Presiden,” ungkap Legislator asal Jakarta ini.
Mardani juga menyoroti terjadinya tragedi petugas KPPS saat berlangsungnya pemilu. Mardani berharap agar yang meninggal dan sakit ini tidak boleh terulang lagi.
“Pemerintah dan KPU harus mengevaluasi total proses penyelenggaraan pemilu dari awal hingga akhir, dan mencari cara dan metode terbaik agar tidak terjadi lagi korban jiwa terhadap petugas KPPS, serta terselenggaranya pemilu yang jujur dan adil, yang dipercaya oleh seluruh rakyat Indonesia,” tandas Mardani.
Laporan: Muhammad Hafidh