ADA benarnya omongan Dr. Rizal Ramli dalam satu kesempatan menyampaikan bahwa lembaga survei mengunci calon-calon lawan atau oposan sekitar 20%, hasil lawan dikurangi sekitar 20%.
Hasil sementara pilkada serentak 2018 yang baru saja usai di Jabar dan Jateng menjadi bukti. Sejak awal sampai seminggu sebelum pencoblosan pilkada serentak, salah satu lembaga survei yang “terkenal” selalu menempatkan pasangan cagub-cawagub Sudrajat-Syaikhu (ASYIK) yang mengusung tema #2019GantiPresiden, dengan angka 5%-8%.
Nyatanya hasil sementara pilgub Jabar, pasangan tersebut mendapat sekitar 30%.
Begitu juga di Jateng, hampir semua lembaga survei, terutama yang pernah diundang ke Istana, menempatkan Sudirman Said (SS), cagub Jateng oposisi dengan angka 15%-20%, nyatanya hasil sementara sekitar 40%.
Gila bener selisih dari hasil survei 20%-25%, angka yang sangat tinggi dengan angka yang lembaga survei tersebut.
Selama ini Rizal Ramli sebagai capres dikunci di angka 7%. Bahkan banyak lembaga survei tersebut tidak mencantumkan nama Rizal Ramli pada lembaran daftar mereka sebagai capres, sehingga yang mengisi lembaran survei sudah digiring dengan daftar nama yang mereka sediakan.
Seorang teman mantan aktivis yang menjadi petani pernah bercerita bahwa dia diberi lembaran survei capres, tapi disitu tidak ada nama RR tercantum.
Terkadang lucu, Megawati, SBY yang pernah jadi presiden dan nama-nama yang tidak pernah mencalonkan diri sebagai capres tercantum, bahkan nama yang hanya mencalonkan diri sebagai cawapres juga mereka masukan dalam daftar pilihan survei capres.
Padahal sampai sekarang yang nyata-nyata deklarasi sebagai capres hanya tiga orang, oleh parpol Jokowi dan Prabowo, dan yang independen Rizal Ramli, dengan mengundang media pers ke rumahnya. Sementara yang lain hanya digadang oleh relawan saja.
Lembaga survei selalu membuat daftar seakan calon presiden banyak sekali, lucu lagi nama Rizal Ramli tidak diikutkan dalam survei mereka, karena satu-satunya calon yang sangat konsisten melawan hegemoni neoliberalisme (Bank Dunia dan IMF), serta hegemoni Tiongkok.
Rizal Ramli satu-satunya capres yang tegas menyatakan Indonesia bukan antek Tiongkok dan bukan antek AS.
Jika saja lembaga survei memunculkan tiga nama Jokowi, Prabowo dan Rizal Ramli sebagai capres konfigurasi hasil akan berbeda. Konstelasi politik dipastikan akan jauh berbeda dengan kondisi yang diarahkan selama ini, seakan-akan calon kuat hanya antara Jokowi dan Prabowo.
Penulis menutup tulisan ini dengan kata bijak bahwa tidaklah mungkin menutup matahari dengan telapak tangan. Semoga lembaga survei yang telah “dipermalukan” dengan hasil di Jabar dan Jateng sadar, atau jika memang punya martabat sebaiknya mengambil langkah membubarkan diri.
Oleh Syafril Sjofyan, aktivis pergerakan 77-78, anggota Dewan Siyasah SI