KedaiPena.Com – Kampanye #SaveCiharus terus digelorakan pecinta lingkungan di kawasan Bandung Raya. Kempanye ini merupakan gerakan mengembalikan kelestarian danau Ciharus, yang terletak di kaki gunung Rakutak, Bandung.
Pengkampanye #SaveCiharus, Pepep DW kepada KedaiPena.Com, Selasa (21/3) mengatakan, kegiatan utama kampanye ini terdiri dari tiga agenda utama.
“Pertama sosialisasi kawasan Cagar Alam (#SadarKawasan), pemasangan sekat sedimen (séngkédan), dan pemungutan sampah,” jelas akademisi STSI Bandung ini.
Kegiatan sosialiasi dilakukan untuk menjawab masalah utama intervensi kawasan, di mana berdasarkan observasi sejak tahun 2014, ternyata hampir 90% pengunjung yang melakukan intervensi di dalam kawasan hutan Ciharus tidak mengetahui status kawasan dan konsep serta aturan dari Cagar Alam itu sendiri.
Sehingga penyebaran pengetahuan tentang status kawasan, dampak, serta pentingnya menjaga keutuhan hutan bisa sampai kepada setiap pelaku yang melakukan intervensi terhadap kawasan.
“Dari 3 kali kegiatan sosialisasi, hampir 600 pengunjung dapat ditemui dan diberikan informasi terkait #sadarkawasan yang meliputi informasi status Cagar Alam serta aturan dan manfaat terjaganya kawasan Cagar Alam,” jelas dia.
Pengunjung yang menjadi sasaran sosialisasi terdiri dari 3 kelompok utama, kelompok pertama adalah pengunjung yang hendak dan sedang melakukan camping di dalam kawasan.
Sementara kelompok kedua adalah pengunjung yang terlihat hendak dan sedang melakukan perburuan di area Cagar Alam, serta pengunjung kelompok ke ketiga yang merupakan pengunjung dengan menggunakan motor trail.
Dari pembagian tiga kelompok tersebut, kelompok pemotor trail merupakan kelompok yang relatif kooperatif dan dapat dengan mudah mengurungkan niatnya memasuki kawasan hutan Ciharus, namun masalah lainnya adalah di setiap minggunya selalu saja kelompok pemotor baru yang masuk tanpa tersentuh sosialisasi kawasan.
“Kegiatan utama lainnya yakni pemasangan sekat sedimen, dilakukan untuk menjawab serta menanggulangi dampak negatif dari kegiatan motor trail yang sudah belangsung selama belasan tahun sejak tahun 2003,” cetus dia.
Di dalam kawasan hutan Ciharus terdapat lorong berbentuk parit dengan kedalaman bervariasi dari 2 hingga 3 meter lebih, dengan lebar 1 hingga2 meter serta sepanjang keseluruhan mencapai 900 meter.
Situasi ini menunjukkan telah terjadinya perpindahan tanah (sedimentasi) dari hutan Ciharus ke tempat yang lebih rendah, hal tersebut terjadi karena setiap kali motor trail menggaruk tanah hutan mengakibatkan lapisan atas tanah yang gembur dapat dengan mudah tersapu air hujan.
Berdasarkan hitungan rata-rata, kurang lebih tanah dalam bentuk sedimen yang telah tergerus dari hutan Ciharus menuju sungai Citarum berkisar 2000 hingga 4500 meter kubik.
Sekat sedimen atau séngkédan merupakan usaha untuk menghentikan dan menahan laju sedimentasi yang terus terjadi, pada kegiatan pamasangan di tahun 2016, tim sekat sedimen berhasil memasang 110 séngkédan dan berhasil menahan rata-rata sedimentasi 2 hingga 5 meter kubik per 1 séngkédan.
Operasi bersih pun sempat dilakukan. Yang terakhir, bertepatan dengan pergantian tahun 2016 menuju 2017. Total kegiatan pemungutan sampah telah dilaksanakan sebanyak dua kali, setelah sebelumnya dirasa kurang efektif sebab bertepatan dengan agenda pemasangan sekat sedimen.
“Dengan pertimbangan efektivitas waktu, tenaga, dan sasaran sampah yang menjadi target pembersihan, akhirnya dimunculkan tim khusus yang menginisiasi agenda pemungutan sampah,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas