KedaiPena.Com – Kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan terjadi di banyak daerah. Untuk itu perlu dilkukan mitigasi terkait krisis air yang melanda secara global saat ini.
Hal tersebut yang dilakukan di sela Perkemahan Bakti Saka atau Pertika Kalpataru III yang resmi dibuka pada Senin (16/10/2023) di Desa Wisata Cibuk Kidul, Sleman, Yogyakarta.
Di Kemah Big Saka Kalpataru, salah satunya menghadirkan narasumber dari Sekolah Air Hujan Banyu Bening, yakni Sri Wahyuningsih sebagai founder.
Ning, sapaan dia, membuka wawasan dan krisis edukasi di kalangan generasi yang mempunyai langkah masih panjang, agar memahami tentang air hujan yang gratis dan bisa diakses siapa saja.
“Konsep memanen yang sederhana pasca kemarau, lewatkan hujan pertama dan kedua hingga benar-benar terasa air hujan bersih, dilihat dari suhu udara dan polutan di sekitarnya,” kata Ning.
“Yakinkan atap sudah bersih dari kotoran, daun, ranting. Selanjutnya lewatkan 10-15 menit pertama, kemudian tampung dan saring pakai kain bersih semaksimal mungkin. Lalu tutup rapat agar tidak kemasukan debu, jentik nyamuk dan lain-lainnya, simpan serta hindarkan dari sinar matahari langsung agar tidak menimbulkan spora lumut,” papar dia lagi.
Selanjutnya, oleh air hujan dengan konsep “elektrolisa” yakni penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik pada sel elektrolisis. Reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu energi listrik diubah menjadi energi kimia.
“Alat elektrolisa inilah difungsikan di pengelolaan air hujan yang memisahkan menjadi dua jenis yaitu basa dan asam,” sambungnya.
Air basa inilah yang kita butuhkan sebagai transportasi yang mendorong agar zat-zat yang diperlukan masuk ke dalam sel tubuh kita. Dan air asam bisa dipakai sebagai antiseptik jika sakit gigi, radang tenggorokan atau luka luar.
Untuk info lebih lanjut, Ning mengatakan, bisa datang ke Sekolah Air Hujan Banyu Bening di Tempursari, Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah Air Hujan ini merupakan pertama kali bahkan satu-satunya di dunia.
Pengenalan pemanfaatan air hujan sangat penting dalam pembekalan wawasan di acara “Big Saka Kalpataru III/2023”.
“Semoga bisa membuka cara pandang generasi harapan bangsa akan konservasi lingkungan di sumber daya air agar kedepan bisa menabung dengan cara sengaja memasukkan air hujan ke sumur resapan atau sumur galian agar memperbaiki kualitas air tanah. Sehingga di musim kemarau yang akan datang, kita bisa mandiri, punya cadangan air hujan, agar tidak terjadi krisis air bersih sampai harus menunggu bantuan bantuan air,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh