KedaiPena.Com – Pendaki wanita Indonesia yaitu Mila Ayu Hariyanti berhasil menggapai Puncak Trikora, Pegunungan Jaya Wijaya, Papua yang memiliki ketinggian 4.750 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pada kesemepatan tersebut Mila berhasil menyelesaikan sejumlah misi pendakian.
Mila yang merupakan pemegang rekor MURI pendaki wanita tercepat yang menggapai 7 puncak tertinggi Indonesia, berhasil menyelesaikan sejumlah misi. Seperti pengibaran bendera Merah Putih serta memperbaiki letak plakat atau penanda dari Puncak Trikora tersebut.
Mila seusai pendakian menceritakan usaha dan kerja kerasnya mencapai Puncak Trikora. Ia mengungkapkan, banyak tim yang berupaya mendaki Puncak Trikora tetapi hanya beberapa yang berhasil menggapai puncak tertingginya 4750 mdpl.
“Patokan puncaknya plakat hitam ekspedisi Maoke 83,†ungkap Mila kepada KedaiPena.Com, Minggu (19/8/2018).
Dalam perjalanan ini, ia juga membawa misi Ekspedisi Kopi Nusantara. Mila pun menandai puncak tersebut dengan plakat Ekspedisi Kopi Nusantara
Pencapaian tersebut, juga membuat Mila menjadi wanita pertama yang mencapai puncak tertinggi Trikora. Setelah pada bulan Januari lalu, Mila melakukan pendakian puncak Carstensz yang merupakan gunung tertinggi di Indonesia.
Mila mengungkapkan, bahwa pendakian Trikora sangat jauh lebih sulit dibanding Carstensz. Mila mengakui pendakian ke Puncak Trikora dengan Cartensz jauh berbeda.
Hal tersebut, kata Mila, turun diamini oleh rekan pendakian dalam ekspedisi Trikora yang sudah mendaki beberapa puncak tertinggi Papua.
“Dapat dikatakan Trikora merupakan gunung tersulit nomor satu di Indonesia. Jadi bukan tanpa sebab orang yang mendaki Trikora, sering tidak mencapai puncak tertingginya,†imbuh Mila.
Selain itu, lanjut Mila, kegagalan pendaki seringkali terjadi lantaran kepengetahuan akan jalur menuju puncak sejati minim. Jalur untuk pendakian menuju ke puncak Trikora sangat sulit.
“Biasanya jalur yang akan dilalui menuju puncak tertingginya yang mengharuskan pendaki harus orientasi medan (ormed) terlebih dahulu dengan bantuan ‘global positioning system’ (GPS),†cerita Mila.
Mila melanjutkan, belum terpasangnya ‘fixed rope’ di jalur Puncak Trikora juga menyulitkan. Berbeda dengan Carstensz yang sudah terpasang ‘fixed rope’, beberapa jalur ke Puncak Trikora harus dilalui dengan teknik ‘traverse’.
“Kita bergerak menyamping melalui tebing yang terjal dan memasang alat pengaman diri, berjalan menyusuri igir-igir (‘ridge’) yang curam sepanjang 5-6 km serta cuaca yang tidak menentu dan dapat berubah setiap saat di ketinggian di atas 4.000 meter,†tandas dia.
Trikora sendiri merupakan salah satu puncak tertinggi dari Pegunungan Jayawijaya yang memiliki keindahan alam tersembunyi di dalamnya. Masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Lorentz yang merupakan situs warisan dunia Unesco, akses menuju Puncak Trikora dapat melalui Wamena.
Perjalanan darat menggunakan kendaraan berpenggerak empat roda dapat ditempuh lebih kurang dua jam dari wamena menuju Danau Habema. Danau ini sendiri merupakan danau tertinggi di Indonesia yang berada di ketinggian 3.200 meter.
Selepas Danau Habema, para pendaki akan memulai pendakian dengan berjalan menyusuri rawa-rawa yang jika diinjak bisa ambles sedalam lutut. Hingga memasuki beberapa ‘camp’ yang diapit bebatuan khas Pegunungan Jayawijaya.
Ada beberapa tempat yang dapat dijadikan ‘camp’ untuk mendirikan tenda sebagai tempat peristirahatan. ‘Camp 1’ yang berada di ketinggian 3.200 meter. Kemudian ‘Camp Rock Shelter’ atau biasa disebut ‘Guha Somali’ di ketinggian 3.800 meter.
Tak hanya itu ‘Camp Lembah Gantung’ yang berada diketinggian 4.200 meter yang biasa dijadikan tempat terakhir mendirikan tenda sebelum melakukan pendakian menuju Puncak Trikora.
Laporan: Muhammad Hafidh