KedaiPena.Com – Kedai Pena menyelengarakan kegiatan ‘Gowes Jelajah Museum’ ke sejumlah museum yang berada di wilayah ibu kota Jakarta. Tim melakukannya dengan bersepeda dari Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur selama dua hari dari Sabtu 28 hingga 29 Desember 2019.
Kegiatan jelajah sepeda ini dilakukan ke lima titik Museum yakni Museum MH Thamrin, Museum Sumpah Pemuda, Museum Naskah Proklamasi, Museum Nasional hingga Museum Taman Prasasti.
Di hari pertama, KedaiPena mengunjungi tiga museum yakni MH Thamrin, Sumpah Pemuda hingga Naskah Proklamasi. Ada yang menarik dalam lawatan ke tiga museum berbeda tersebut.
Pasalnya, ketiga museum tersebut dikelola secara berbeda oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Dari segi fasilitas dan fisik bentuk museum yang dikelola oleh kedua lembaga negara dan provinsi tersebut sangat timpang.
Museum yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan jauh lebih menarik dengan memberikan kenyamanan dan pelayanan.
Museum yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kini lebih modern dengan tampilan menarik dan keberadaan Siji AR.
Siji AR sendiri merupakan aplikasi buatan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Aplikasi ini hadir sebagai pengganti tour guide bagi wisatawan atau pengunjung museum
Tidak hanya itu, di museum yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga turut menerapkan sebuah aplikasi digital program hologram bersuara untuk panduan wisawatan.
Sejumlah museum yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yakni Museum Sumpah Pemuda dan Naskah Proklamasi sudah menerapkan hal tersebut.
Berbeda dengan keberadaan Museum yang dikelola oleh MH Thamrin yang dikelola oleh pemprov DKI yang tidak memiliki aplikasi Siji AR.
Padahal secara harga, tiket masuk yang dikenakan oleh MH Thamrin jauh lebih mahal dari pada di Museum Sumpah Pemuda dan Naskah Proklamasi.
Museum Mh Thamrin mematok harga sebesar Rp5000 per tiket masuk, beda dengan Museum Sumpah Pemuda dan Naskah Proklamasi yang mematok harga Rp 2000 per tiket.
Tidak hanya tiket, penyedian fasilitas semacam kantin pun nampak turut berbeda. Untuk museum yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih menyediakan sebuah tempat untuk wisatawan membeli minuman.
Hal tersebut yang tidak didapat dari Museum yang dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta.
Meski banyak ketimpangan, museum yang dikelola oleh Pemprov DKI maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih sama dengan mengandalkan anggaran dari dinas dan dirjen terkait dalam pengelolaanya.
Namun Museum yang dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tetap memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Laporan: Muhammad Hafidh