KedaiPena.Com – Desa wisata merupakan salah satu program pengembangan wisata yang sedang difokuskan oleh pemerintah saat ini.
Hal itu pula yang membuat hampir di setiap desa di Indonesia kini tengah berlomba-lomba untuk mengembangkan desanya menjadi sebuah destinasi wisata.
Dari sekian banyak desa wisata di Indonesia, satu desa yang mencuri perhatian ialah masyarakat luas, ialah Desa Wisata Pujon Kidul yang berada di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Ciri khas desa ini yang sebelumnya selalu diidentikkan dengan kemiskinan, keterbelakangan, dan kekumuhan, berubah total.
Ialah Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul yang memberanikan diri untuk mendobrak dan menjadikan desa yang terkenal dengan kegersangannya tersebut menjadi sebuah tempat untuk berkreasi serta beredukasi.
Udi menceritakan bahwa dibangunnya Desa Wisata Pujon Kidul berawal dari mimpinya di tahun 2011. Kala itu Udi memulai menjadi menjabat sebagai kepala desa.
“Berawal dari mimpi bersama kemudian di tahun 2011 saya jadi kepala Desa, lalu mimpi mewujudkan desa wisata. Saya tuangkan dalam visi dan misi saya pada pembangunan Desa Wisata Pujon Kidul,” ungkap dia saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Jumat (14/9/2018).
Udi juga melanjutkan kala itu, ada gerakan dari pemerintah desa beserta warga terutama para pemuda untuk memetakan potensi wisata. Udi mengaku bersyukur para pemuda mau belajar dan berinovasi dalam pembangunan desa wisata tersebut.
“Awalnya susah karena masyarakat tidak paham sama sekali terkait desa wisata. Perlu ada contoh dari pemerintah desa. Saya pun mengakui tantangannya adalah SDM masyarakat desa,” beber dia.
Udi menjelaskan, konsep desa wisata ini sendiri tidak merubah tatanan dan sistem perekonomian di desa. Hal itu lantaran konsep desa wisata ini malah memahamkan tanpa mengubah kegiatan ekonomi yang sudah berjalan.
Plusnya, lanjut Udi, masyarakat banyak belajar tentang Sapta Pesona yang mencakup aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah semenjak pembangunan desa wisata ini.
“Tahun 2016 dari dana desa kita bangun cafe sawah dengan anggaran sebesar Rp60 juta. Lalu dilanjutkan lagi tahun 2017 dengan anggaran sebesar Rp150 juta,” tutur dia.
“Inilah model pembangunan yang lebih menitik beratkan pada pemanfaatan potensi desa dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga bisa berjalan hingga saat ini,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh