KedaiPena.Com  – Perhelatan Batik Fashion Week 2016 (BFW 2016) baru saja ditutup, tapi ada kesan yang susah dilupakan dari sang legenda batik Indonesia, Obin. Regenerasi pelestarian dan perkembangan warisan budaya bangsa ini tergores dengan manis. Obin sebagai desainer ingin menyampaikan bahwa Batik adalah sebuah penghubung berbagai aspek kehidupan yang ada di Indonesia.
“Sejak dulu wanita Indonesia tidak pernah lepas dari kain. Kenapa ‘Benang Merah’, karena menurut saya kain batik adalah sebuah penghubung antara manusia, masyarakat dari generasi ke generasi, dan evolusi dari kain batik itu sendiri,” kata Obin yang ditemui usai Gala Closing BFW 2016, di Plaza Indonesia, kemarin.
48 koleksi yang dihasilkan dari Bin House memang menonjolkan kain batik klasik dari motif-motif pesisiran, pedalaman, dan beberapa motif koleksi terbaru yang terinspirasi dari kain itu sendiri. Di mana koleksi yang dihadirkan dibagi menjadi empat sequence yang sukses memukau ratusan tamu undangan.
Ketika ditanya bagaimana kain batik Indonesia kini di mata masyarakat, ia mengatakan tidak khawatir. Sebab semua orang telah mengenakan kain batik, mulai dari orang kantoran, mahasiswa, bahkan di sekolah-sekolah pun sudah diterapkan memakai batik di hari-hari tertentu.
“Batik sekarang ini tak usah dikhawatirkan. Buat saja yang bagus dan cantik, pasti semua orang juga mau pakai. Kain-kain Indonesia sudah cantik kok, tak perlu lagi menyuruh orang untuk memakai kain, mereka pasti akan pakai sendiri,” ujar Obin.
Putri dari Obin, Perwitasari mengatakan proses pembuatan koleksi kali ini memakan waktu hampir satu tahun, karena sebagian besar kain yang digunakan adalah batik tulis. “Kami membuat jumpsuit, kutu baru, celana, rok, kamisol, dan sarung. Memang pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk kainnya saja butuh waktu antara 3-6 bulan, ditambah kami juga memakai tenun,” kata Perwirasari.
Koleksi yang dihadirkan diantaranya jaket, camisol hingga celana sarung. Menariknya, dalam pagelaran ini, setiap koleksi dibawakan oleh para model dengan beberapa cara. Mulai dari sedih hingga riang. Setiap sequence ada 12 koleksi yang menggambarkan kalau batik itu bisa dipakai kapan saja. Bisa fleksibel. Sesuai dengan suasana hati. Batik yang dihadirkan pun motifnya banyak, salah satunya pesisir.
“Dengan tema benang merah. Setiap koleksi mengambarkan perjalanan kain batik yang erat dengan sejarah, peristiwa, masyarakat dan generasi berikut-berikutnya. Benang merah menyampaikan aspirasi dan hasrat yang diaplikasikan dalam sebuah karya,” papar desainer BinHouse, Perwitasari.
Batik Fashion Week kali ini banyak dihadiri pecinta baik untuk lebih mengerti tentang batik secara lebih luas lagi dalam bentuk busana, sehingga pertumbuhan UMKM batik sebagai salah satu komponen ekonomi kreatif dan pilar perokonomian Indonesia dapat terus terlestarikan.
(Glh/ Dom)