KedaiPena.Com – Sekertaris Jenderal (Sekjen) Advokasi Rakyat untuk Nusantara (Arun) B.T Fernando Duling memberikan sorotan penyelenggaraan pemilu 2019 ini. Salah satunya adalah soal banyaknya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia serta jatuh sakit.
“Pertama kami dari DPP Arun mengucapkan bela sungkawa untuk petugas KPPS yang gugur. Kami juga mendapatkan berita dan kabar bahwa tidak sedikit juga bahkan ribuan dalam kondisi sakit. Dan ternyata ini bukan hanya menimpa petugas KPPS tapi juga instansi seperti aparat Polri yang memastikan penyelenggaraan pesta demokrasi ini aman. Kami berharap yang sakit dapat segera sembuh,” ujar Nando, saat menyampaikan keterangan pers di bilangan Cikini, Jakarta, Minggu (5/5/2019).
Dia menambahkan, memang dalam setiap pemilu pasti ada yang menjadi korban meninggal. Tetapi, pada Pemilu 2019 jumlahnya sudah di luar kewajaran.
“Memang dalam Pemilu 2014 ada yang meninggal, tetapi jumlahnya sangat sedikit hanya dibilangan satuan. Tetapi pada Pemilu kali ini di tahun 2019 jumlah yang meninggal itu sudah tembus 400 lebih, ini bagi kami tidak wajar. Ini bisa dikategorikan seperti tragedi jatuhnya pesawat udara Boeing yang memakan banyak korban jiwa,” imbuhnya menambahkan.
Jumlah tersebut, lanjut Nando, belum ditambah dengan petugas Polri yang turut menjadi korban ganasnya Pemilu.
“Dari anggota Polri kami terima informasi ada 22 jiwa meninggal, bukan cuma perwira menengah tetapi juga perwira tinggi,” sambungnya.
Nando pun menilai banyaknya petugas KPPS yang gugur memang tidak bisa dilepaskan dari terselenggaranya pemilu 2019 secara serentak. Meskipun, diselenggarakan pemilu serentak ini didasari untuk penghematan anggaran.
“Tapi ada sisi positif dari pemilu 2019 ini yakni partisipasi masyarakat bahwa pemilu 2019 berhasil mengantarkan perubahan baik harapan ini jatuh di 01 dan 02. Ada harapan di sini,” sambungnya.
Nando melihat sekalipun memang masih ada yang masyarakat yang memilih untuk golput pada pemilu 2019. Namun, hal ini berbeda dengan golput yang terjadi di 2014.
“Kalau pun terjadi proses golput di 2019 ini berbeda. Golput masyarakat hari ini disebabkan bukan karena tidak punya harapan atas yang ingin di pilih seperti 2014, tapi golput ini lebih disebabkan masalah teknis seperti keterlambatan surat suara dan soal waktu nyoblos di TPS,” papar Nando.
Sebelumnya, pemilu 2019 ini menjadi sorotan lantaran tingginya jumlah petugas KPPS yang meninggal dunia bertambah. Hingga Jumat, (3/5/2019) ada sebanyak 424 petugas KPPS yang dilaporkan meninggal dunia.
Sementara itu jumlah petugas KPPS yang sakit juga bertambah menjadi 3.668 orang, sehingga total petugas yang sakit dan meninggal dunia sebanyak 4.092 orang.
Laporan: Muhammad Hafidh