KedaiPena.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan ada perbedaan pengembangan suatu daerah. Semua bergantung pada karakteristik dam sistem yang sudah ada di daerah tertentu.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), KLHK, Sigit Reliantoroi menyebutkan Argo Wijil merupakan sejarah kehidupan Gunungkidul dan juga sejarah penting Dirjen PPKL.
“Saat itu, tahun 2015, ada satu unit Eselon 2 yang khusus memang dibuat untuk pemulihan lahan akses terbuka. Saat itu, dicarilah pola cara kerja yang akan kita lakukan, dan perlu satu tahun untuk dilakukan. Saat ini, Argo Wijil merupakan salah satu proyek terbaik Dirjen PPKL,” kata Sigit dalam acara Jelajah Gunungkidul di Desa Gari, Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Sabtu (17/9/2022).
Apa yang sudah dilakukan di Argo Wijil, lanjutnya, akan menjadi pembelajaran untuk pelaksanaan di Bumi Watu Obong.
“Sekitar tiga bulan lalu, Pak Widodo telpon saya, bilang saya punya tobong. Boleh tidak dikembangkan seperti Argo Wijil? Lalu saya tanya Pak Edi, ada uangnya tidak? Dijawab, kayaknya tahun ini kita masih desain. Tahun depan baru dilaksanakan,” tuturnya.
Belajar dari pengalaman, ditentukan bahwa tak semua lokasi dikembangkan seperti Argo Wijil. Tapi Ada beberapa tempat yang lebih cocok untuk dikembangkan sebagai basis ketahanan pangan.
“Jadi untuk Bumi Watu Obong ini, konsepnya adalah sebagai lokasi display penjualan tapi tetap dengan mengembangkan sistem yang ada disini. Yaitu Permaculture. Permanent Agriculture,” tuturnya lagi.
Dimana makanan, energi dihasilkan oleh sistem yang ada disini, lalu dinikmati oleh masyarakat di sekitar sini. Dan jika ada surplus, maka masyarakat sekitar juga yang akan menerima keuntungan.
“Konsep ini bukan hanya milik PPKL. Tapi merupakan hasil sinergi anggota dewan, akademisi dan juga masyarakat. Sehingga setiap kebijakan atau program yang dilaksanakan dapat menghasilkan feedback yang baik,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa