KedaiPena.Com- Pemerintah mewajibkan penggunaan rapid test antigen menggantikan rapid test biasa yang kepada turis yang datang ke Bali.
Terkait, hal itu bagaiamana respon pelaku dan operator wisata petualang jika rapid test antigen turut diberlakukan di setiap destinasi?
Ketua Umum Pengurus Besar FAJI, Amalia Yunita mengaku kurang setuju jika memang, aturan rapid test hingga rapid test antigen para wisatawan juga diterapkan di setiap destinasi wisata.
Menurut Yuni begitu ia disapa, penerapan rapid test hingga rapid test antigen untuk wisatawan di destinasi wisata seperti, arung jeram hanya memberatkan operator dan pelaku wisata.
“Kenapa kita tidak menyelenggarakan rapid test karena biaya rafting itu sudah mahal kalau ditambah plus rapid test operator nanti tidak ada tamu. Jadi kita berusaha mencari cara tanpa rapid test, setiap wisatawan dapat tetap mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan,” kata Yuni dalam webinar bertema ‘Panduan CHSE Wisata Petualangan’ yang diselenggarakan oleh IIOutfest 2020, Rabu, (16/12/2020).
Yuni mengaku selama ini, para pelaku operator wisata hanya memantau secara fisik setiap wisatawan yang datang secara langsung tanpa harus menggunakan rapid test.
Jadi, kata Yuni, para pelaku usaha rafting cukup menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
“Maksimalkan cuci tangan, dan jaga jarak,” tegas Yuni.
Senada dengan Yuni, Pelaku Wisata Paralayang Djoko Bisowarno mengaku, jika di setiap destinasi wisata paralayang tidak menerapkan dan mewajibkan wisatawan untuk melakukan rapid test.
“Kita tidak mempersyaratkan rapid test. Tapi, kalau pendaftaran ada wisatawam yang ingin menunjukan (rapid test) kita terima saja,” ungkap Djoko.
Namun demikian, lanjut Djoko, penggunaan rapid test harus diterapkan jika memang kegiatan paralayang dilakukan di dalam instansi seperti militer.
“Kecuali ada kegiatan dalam instasi di militer wajib ada rapid test. Tapi kalau di outdoor tidak mempersyaratkan rapid test,” tegas Djoko.
Berbeda dengan Yuni dan Djoko, Pendaki Senior yang juga Dewan Penasihat Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Adi Seno menilai, penerapan rapid test untuk para pendaki perlu dilakukan.
“Kalau boleh saya menganjurkan lebih baik. Tapi bukan kita takut terkena (corona), karena kita punya tanggung jawab agar orang lain tidak terkena,” tandas Adi Seno.
Laporan: Muhammad Hafidh