KedaiPena.Com – Indonesia kembali menjadi negara paling optimistis ketiga di dunia serta optimisme konsumen online tanah air mengalami sedikit peningkatan.
Soalnya, indeks kepercayaan konsumen dari 120 poin persentase (pp) pada kuartal IVÂ 2016 menjadi 121 pada kuartal II 2017.
Hal tersebut sesuai hasil Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions Q2 2017 yang digelar Nielsen.
“Tingkat keyakinan konsumen secara garis besar, menunjukkan tren yang terus meningkat secara global seiring dengan terus naiknya optimisme di banyak negara,” begitu bunyi keterangan survei dalam situs Nielsen dikutip Kedaipena.com, Selasa (5/9).
Dari 63 negara yang disurvei, 10 negara teroptimis secara berurutan adalah Filipina (130), India (128), Indonesia (121), Amerika Serikat (118), Vietnam (117), Denmark (115), China (112), Uni Emirat Arab (110), Turki (107), dan Thailand (107).
Tingkat Keyakinan Konsumen ini dipengaruhi tiga indikator. Pertama, prospek lapangan kerja, kondisi keuangan pribadi, dan keinginan berbelanja, dalam 12 bulan ke depan.
Namun, indeks persepsi konsumen akan kondisi keuangan pribadi di Indonesia mengalami penurunan dua poin pp pada Q2 2017 dibandingkan Q4 2016 yang mencapai 81.
Begitu pun untuk indeks persepsi konsumen akan keinginan berbelanja. Turun dari 59 di Q4 2016 menjadi 57 pada Q2 2017.
Sementara itu, indeks persepsi konsumen akan prospek lapangan kerja stabil di skor 68 sejak Q4 2016.
Di sisi lain, persepsi konsumen Indonesia atas keadaan resesi ekonomi mengalami pemulihan. Mereka yang berpendapat negara tidak dalam keadaan resesi sebesar 48 persen atau naik dua persen dibanding Q4 2016.
Selanjutnya, keadaan ekonomi, toleransi antarumat beragama, dan stabilitas politik ada di urutan tiga teratas menyangkut kekhawatiran utama konsumen Indonesia pada Q2 2017.
Persentase konsumen yang khawatir atas keadaan ekonomi naik empat persen menjadi 30 persen pada Q2 2017 dibanding Q4 2016.
Meski berada di urutan kedua, kekhawatiran akan toleransi antarumat beragama menurun, menjadi 22 persen dibandingkan 25 persen di Q4 2016.
Kekhawatiran konsumen akan stabilitas politik pun demikian, menurun signifikan dari 25 persen di Q4 2016 menjadi 20 persen pada Q2 2017.
Namun, Kekhawatiran akan ancaman terorisme justru meningkat menjadi 18 persen dari 13 persen pada Q4 2016.
Kekhawatiran akan kesejahteraan dan kebahagiaan orangtua muncul pada Q2 2017 yang dinyatakan konsumen Indonesia sebesar 15 persen.
Terkait penghematan biaya rumah tangga pada Q2 2017, 45 persen konsumen online Indonesia memilih mengurangi hiburan di luar rumah, 44 persen mengurangi belanja baju baru, dan 40 persen mengurangi biaya berlibur.
Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions tersebut digelar 20 Mei-10 Juni 2017 dengan responden lebih dari 30 ribu konsumen online di 63 negara.
Meski metode survei online dapat menjangkau skala yang besar secara global, namun penelitian ini hanya memberikan perspektif dari kebiasaan pengguna internet, bukan populasi total.
Di negara-negara berkembang di mana penetrasi online masih bertumbuh, populasi pengguna internet sangat mungkin berusia lebih muda dan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum di negara tersebut.
Tiga negara sub-Sahara Afrika, Ghana, Kenya, dan Nigeria, menggunakan metodologi survei melalui perangkat mobile dan tidak diikutsertakan dalam data pada laporan ini.
Hasil survei ini berdasarkan perilaku yang diklaim responden, bukan data yang diukur secara aktual. Sehingga, perbedaan budaya bisa mempengaruhi hasil pengukuran soal pandangan responden atas keadaan ekonomi di masing-masing negara.
Hasil yang dilaporkan tidak ditujukan untuk mengontrol atau mengkoreksi perbedaan-perbedaan itu. Maka, butuh perhatian khusus saat membuat perbandingan antarnegara dan wilayah, khususnya kala melewati batas-batas wilayah regional.
Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions sendiri diselenggarakan sejak 2005.