KedaiPena.Com – Tokoh nasional Rizal Ramli merasa ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold terlalu tinggi. Dia pun menuntut ambang batas itu bisa turun hingga 0 persen setelah diuji materi.
Demikian disampaikan oleh RR begitu ia disapa sesuai melakukan uji materi terkait dengan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold ke Mahkamah Konstitusi (MK), Jumat, (4/9/2020).
“Kami ingin hapuskan jadi nol, sehingga siapa pun putra atau putri Indonesia yang terbaik bisa jadi bupati, bisa jadi gubernur, bisa jadi presiden,” kata RR.
RR beranggapan, demokrasi Indonesia menjadi tidak sehat ketika terdapat ambang batas pencalonan presiden. Dia menyebut ambang batas membuat politik Indonesia menjadi demokrasi kriminal.
Maksudnya, kata dia, seseorang yang mau berniat menjadi pemimpin, harus membayar uang agar diusung partai. Hal inilah yang membuat pemimpin mendekati cukong untuk membiayai pencalonan.
Sementara itu, Refly menilai ambang batas pencalonan presiden perlu dibuat 0 persen. Dengan begitu, kontestasi pemilihan presiden (pilpres) menjadi sehat dan adil.
“Kami menginginkan ketentuan presidential threshold itu 0 persen alias tidak ada, agar ke depan itu pilpres berkualitas dan juga fair kompetisinya. Bisa membuka sebanyak mungkin orang-orang terbaik di republik ini agar bisa menjadi calon dan yang penting itu bisa menghilangkan demokrasi kriminal,” ucap Refly.
Menurut Refly, pihaknya membawa dua argumentasi ketika mengajukan uji materi terkait ambang batas pencalonan presiden. Hanya saja, dia tidak ingin membeberkan lebih lanjut.
“Jadi argumentasi ada dua, argumentasi yang sifatnya konstitusional dan argumentasi ekstra atau nonkonstitusional,” beber Refly.
Saat disinggung legal standing mengajukan uji materi, keduanya tidak menjelaskan lebih lanjut.
Lalu soal kemungkinan maju pilpres, sehingga mengajukan uji materi, kedua tokoh tidak menjawab secara tegas.
“Kan, yang dibangun ini sistem, Bang Rizal mengatakan demokrasi kriminal, salah satunya gara-gara treshold ini, orang mau jadi presiden harus beli perahu sekarang gila-gilaan uangnya triliun, karena itu putra terbaik gak bisa maju,” pungkas Refly.
Laporan: Muhammad Hafidh