KedaiPena.Com – Pemprov Banten mengungkapkan terus berusaha memperbaiki lahan kritis dengan melakukan penanaman pohon. Hal ini, dilakukan guna mengendalikan dampak dari perubahan iklim serta menekankan gas emisi rumah kaca.
“Salah satunya program kita rehabiltasi penghijauan nah kebanyakan di kita kan yang namanya lahan-lahan baik lahan yang namanya tanah negara, tanah hak milik, tanah hak adat,” ucap Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Banten, Wawan Gunawan, Kamis (18/11/2021).
Ia menyampaikan, pihaknya menargetkan melakukan penanaman setiap tahunnya 5 juta bibit batang pohon untuk menutup lahan kritis yang ada di Provinsi Banten.
“Lahan kritis kita kurang lebih 220.000 hektar yang harus kita rehabilitasi, yang paling banyak derah Lebak, Pandeglang itu yang banyak lahan kritis,” tambahnya.
Namun, menurutnya jika lahan kritis tersebut berada di kawasan atau terdapat pemangku kebijakannya, seperti lahan yang dimiliki Perhutani, taman nasional ujung kulon, taman nasional Gunung Halimun Salak pihaknya tidak bisa melakukan penanaman.
“Itu kan pemangku dibawah kementerian, dan kita tidak bisa masuk ke ranah sana, paling kita bisa masuk ke daerah-daerah penyangganya atau perbatasan dengan daerah yang punya pemangku. Ya kita rehabilitasi kita kasih bantuan bibitnya, kasih upah tanamnya,” katanya.
Ia menyebutkan untuk tahun ini, dari target yang telah ditentukan pihaknya telah melebihi target penanaman pohon, diantaranya melakukan penanaman mangrove yang salah satu berfungsi rehabilitasi agar daerah pesisir tidak terjadi abrasi.
Selain mangrove, kata Wawan, pihaknya juga melakukan penanaman tanaman yang bekerjasama dengan masyarakat, adapun jenis pohon yang ditanam seperti Mahoni, Albasiah, Jabon dan tanaman lainnya.
“Kita kan ada yang namanya tamanaman keras itu ada Mahoni, Albasiah, Jabon dan yang lainnya. Seperti tanaman buah-buhan Mangga, Duren, Jengkol, Pete, Manggis, Rambuta. Dan itu kita bantu kepada masyarakat baik diluar kawasan karena kalau di dalam kawasan itu sudah ada pemangku,” imbuhnya.
Menurutnya, untuk dapat mengendalikan perubahan iklim dan menekankan gas emisi rumah kaca diperlukan kerjasama antara semua pihak, termasuk masyarakat. Sehingga perlu adanya sebuah kolaborasi yang dilakukan.
“Sementara ini kan kita sudah berkolaborasi, nah ini yang sudah bisa kita kolaborasikan dengan balai pemulihan daerah aliran sungai itu bibitnya dari sana, nanti kita kerjasama dengan kelompok yang ada ya kita tanam kita kasih bantuan dan kita kelola,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi