KedaiPena.Com – Pendirian Bank Sampah yang marak di beberapa titik wilayah Indonesia, diharapkan mampu membantu pengelolaan sampah yang sudah menjadi masalah besar di Indonesia.
Faktanya, Indonesia saat ini menduduki posisi ke-2 sebagai penyumbang sampah plastik ke laut setelah China.
Penggiat Bank Sampah Bambang Suwerda menyatakan Bank Sampah ini adalah sebagai suatu sistem pengelolaan sampah di keluarga.
“Dengan sistem inj, Bank Sampah akan menerima hasil pengelolaan sampah yang dilakukan oleh keluarga, ya bapak, ibu atau anaknya. Ini merupakan sistem terbaru untuk mengedukasi masyarakat tentang masyarakat dan juga menunjukkan nilai ekonomis dari sampah,†kata Bambang usai menjadi pembicara pada acara Sosialisasi Sadar Wisata dan Sapta Pesona di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, ditulis Jumat (21/9/2018).
Dengan sistem ini, Bambang juga mengharapkan masyarakat menjadi terbiasa dalam mengelola sampah yang mereka miliki.
“Memang pergerakan kita dalam 10 tahun ini, kita masih berfokus untuk menambah jumlah Bank Sampah. Saat ini memang belum semua sampah bisa dikelola di Bank Sampah dan persentasenya memang masih kecil dibandingkan jumlah sampah yang dibawa ke TPA Sampah,†ujarnya.
Bambang menyebutkan saat ini sampah yang sudah diterima adalah sampah anorganik dan fabrikasi, seperti plastik, kertas dan kaleng.
“Untuk ke depannya, kami akan mengembangkan penerimaan ke sampah alami. Yaitu seperti sisa makanan,†katanya.
Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Bank Sampah miliknya, Gemah Ripah adalah melanjutkan pemilahan yang sudah dilanjutkan oleh masyarakat.
“Akan ada pemilahan lanjut di Bank Sampah. Terkait pemilahan jenis plastik yang akan berimbas pada pembayaran pada masyarakat. Kalau untuk sampah botol kaca, kami hanya mengumpulkan saja untuk diambil oleh pihak ketiga untuk dijual kembali ke pabrik,†kata Bambang.
Selain pengumpulan sampah, Bank Sampah Gemah Ripah juga melakukan Multi Level Science, yang berupa pendampingan pada bank sampah lainnya baik di Yogyakarta maupun di luar Yogyakarta.
“Sejauh ini sudah ada 5.000 bank sampah yang kami dampingi. Misalnya bank sampah Surabaya dan bank sampah Cikunir Wonosobo,†urai Bambang.
Potensi ekonomi yang bisa didapatkan dari kegiatan bank sampah ini, menurut Bambang adalah sekitar Rp10 juta untuk proses penjualan sampah kembali.
“Kalau ditambah dengan proses pencacahan, kami bisa mendapatkan diatas Rp20 juta per bulannya. Seperti di Bank Sampah Malang, itu bisa mencapai Rp60 juta per bulannya,†kata Bambang.
Bank Sampah dinyatakan Bambang, saat ini juga mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah. Salah satunya adalah sebagai syarat bagi pemerintah daerah yang ingin masuk dalam nominasi penerimaan Adipura.
“Jadi jika suatu pemda ingin menjadi nominator Adipura, mereka harus bisa menunjukkan bukti bahwa sudah memiliki bank sampah. Dan ada juga ketentuan bahwa ASN harus melakukan bank sampah, walau baru diaplikasikan pada beberapa pemda,†ujar Bambang.
Bambang mengakhiri wawancaranya dengan memesankan pada bank sampah yang baru beroperasi bahwa haruslah memiliki mitra output lebih dari satu. Sehingga pengambilan sampah dapat dilakukan secara bergantian.
Laporan: Ranny Supusepa