KedaiPena.Com – Pengamat lingkungan perkotaan, Ubaidillah mengatakan banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang terjadi pada Kamis 21 April 2016 merupakan banjir terbesar di tahun 2016 ini, sejak musim penghujan pada bulan Januari dan bulan Maret yang sebelumnya juga berdampak banjir.
Untuk kategori kedalaman, banjir pada bulan April ini mencapai kedalaman antara 20 cm-100 cm di Pademangan, sementara banjir pada bulan Maret lalu mencapai kedalaman 20 cm hingga 1,5 meter di Cawang
Menurut alumni Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu, didasarkan pantauan lapangan telah terjadi hujan lokal di Jakarta dengan intensitas sedang hingga tinggi dalam dua hari sejak Rabu hingga Kamis (20-21 April) yang berdampak banjir merata diseluruh kotamadya. Namun terpantau pada hari Jumat banjir telah surut.
“Walau banjir surut, telah berdampak kemacetan lalu lintas dan memakan korban jiwa 2 orang” tutur Ubaidillah.
Menurut Ubaidillah pada bulan April ini, banjir cukup merata di sejumlah daerah Ibukota seperti sebelumnya tahun 2015. Jakarta Utara, Timur dan Selatan merupakan wilayah yang paling parah terkena dampak bencana tersebut, dan diperkirakan musim penghujan di tahun ini masih akan berlangsung.
Melihat kondisi banjir di Jakarta yang belum teratasi, Ubaidillah mengatakan pemprov DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mesti menyampaikan ke publik terkait apa saja yang sudah diperbuat dalam mengatasinya, seperti misalnya; untuk daerah rawan banjir titik A sudah 70 persen atau titik B sudah 100 persen bebas banjir.
Ahok jangan hanya melakukan program normalisasi yang merupakan program warisan, tetapi jugan harus memiliki program revolusioner seperti memenuhi lahan terbuka hijau (RTH) 30 persen sebagaimana amanat undang-undang tata ruang no 26/2007, mendesak intervensi pemerintah pusat agar mempercepat pembangunan waduk di bogor yang sudah menjadi komitmen pusat dan ketiga kepala daerah (DKI Jabar Banten), dan yang terpenting adalah mesti adil (tidak diskriminasi) dalam menertibkan bangunan yang melanggar sepadan sungai, situ atau pantai.
“Jangan hanya menggusur kawasan kumuh, tetapi membiarkan rumah mewah mall atau gedung yang melanggar,” dia menambahkan.
Atas kenyataan banjir Jakarta dan potensi hujan masih akan terjadi, Pemprov Jakarta mesti lebih sigap dalam upaya penanggulangan bencana tersebut, utamanya fokus penyelamatan jiwa masyarakat, mengingat banjir di tahun ini telah memakan korban 2 jiwa meninggal.
(Fat/Prw)