KedaiPena.Com- Direktur Eksekutif Walhi Nusa Tenggara Timur (NTT) Umbu Wulang T Paranggi menilai, banjir bandang yang terjadi di 10 kabupaten dan Kota NTT juga dipicu oleh kerusakan lingkungan.
Wulang menyebut kerusakan lingkungan tersebut disebabkan karena alih fungsi lahan, pertambangan, dan pembalakan liar.
Ia mencontohkan alih fungsi lahan di kawasan hulu Sumba Timur untuk kepentingan investasi pabrik gula. Menurutnya, lahan hutan ditebang dan diubah menjadi perkebunan tebu.
“Ini juga berdampak pada eskalasi banjir yang besar di Sumba Timur,” kata Wulang, ditulis, Selasa, (6/4/2021).
Wulang mengatakan, kabupaten Malaka sendiri menjadi langganan banjir di NTT. Menurutnya, terdapat pembangunan di kawasan hulu. Selain itu, terdapat kawasan pertambangan di kawasan sungai dan hulu.
“Tapi sampai hari ini masih juga praktik-praktik seperti itu, pertambangan ada di kawasan sungai maupun di daerah hulu,” ujarnya.
Sementara, kata Wulung, wilayah Adonara yang merupakan sebuah pulau di NTT terdapat aktivitas pembalakan liar di wilayah Gunung Boleng.
Menurutnya, banjir bandang yang melanda Adonara baru kali ini terjadi. Sebelumnya, pulau tersebut tidak masuk dalam peta rawan bencana.
Wulung mengatakan masyarakat di Kabupaten Lembata juga hidup di daerah rawan bencana. Ia menggambarkan masyarakat setempat mirip dengan warga lereng Gunung Merapi.
“Longsor itu kan tinggal tunggu waktu aja sebenarnya melihat eskalasi erupsi yang begitu banyak di sana,” kata Wulang.
Wulang tak menampik faktor alam turut menjadi penyebab bencana di NTT sehingga mudah menyatakan bencana ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Meski demikian, curah hujan tersebut bergantung pada daya tampung lingkungan suatu wilayah.
Jika daya tampung suatu wilayah masih baik, kata Wulung, kawasan tersebut masih sanggup menampung curah hujan. Namun, daya tampung suatu wilayah menjadi tidak memadai karena kerusakan lingkungan.
“Kalau daya tampung tidak baik otomatis meluber ke mana-mana kan,” tuturnya.
Sejumlah kabupaten dan kota di NTT diterjang banjir bandang dan tanah longsor. Puluhan orang dilaporkan meninggal dunia dan ratusan mengungsi di Kabupaten Flores Timur dan Lembata.
Laporan: Muhammad Lutfi