SOLUSI Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk mengurangi kemacetan Ibu Kota akan terealisasi. Salah satu rencana yang masuk master plan adalah pembangunan Jalan Layang Semanggi, yang berada di jantung ibu kota.
Diperkirakan, pembangunan jalan layang tersebut akan dimulai April 2016 sampai dengan Agustus 2017. Â Jalan layang tersebut dibuat untuk mengurai kemacetan yang sering terjadi di kolong jembatan Semanggi. Kemacetan ini disebabkan oleh pertemuan kendaraan dari arah Jalan Gatot Subroto dan arah Jalan Sudirman.
Jalan layang yang akan ada di atas Lingkar Jalan Semanggi. Pintu masuk dan keluar jalan layang ini akan menampung arah dari Gatot Subroto dan kedua arah Jalan Sudirman.
Kedua jalan tersebut merupakan jalan protokol utama di Jakarta dan diperkirakan  volume semakin padat. Saat ini saja, kecepatan kendaraan yang melintas antara 5-10 kilometer. Kalau Jalan itu jadi, diperkirakan kecepatan akan meningkat menjadi 20- 50 kilometer.
Pembangunan jalan layang ini menggunakan dana kompensasi akibat denda dari pemilik Wisma Sudirman. Mereka menghibahkan Dana sebesar Rp570 miliar.
Denda itu diakibatkan bertambahnya jumlah lantai bangunan yang melampaui koefisien yang ditentukan dalam suatu wilayah.
Tentunya jalan layang ini menjadi satu dari sekian solusi untuk mengurangi kemacetan akut yang di alami oleh jakarta. Sudah jadi rahasia umum, pembangunan infrastuktur menjadi tajuk utama rezim sekarang. Ini dilakukan sebagai landasan pengembangan Indonesia.Â
Jakarta pun termasuk dalam bagian pengembangan tersebut tentunya. Label ibu kota identik dengan kemajuan, termasuk dari segi infrastukturnya. Tetapi sangat jelas saat ini infrastuktur belum menjadi solusi konkret mengurangi kemacetan di Ibu kota .Â
Setiap tahun, volume kendaraan mobil dan motor meningkat. Cicilan murah tentu menjadi salah satu sebabnya. Seharusnya jika memang ingin mengurangi kemacetan di Jakarta, pemerintah bisa menekankan volume kendaraan. Caranya, bisa dengan meningkatkan tarif pajak kendaraan.
Meningkatnya tarif pajak akan membuat pembelian kendaraan berkurang dan akan bisa  mengoptimalkan fungsi dari angkutan umum. Meski saat ini kondisi angkutan umum sangat jauh dari kata layak dan nyaman.
Oleh Muhammad Hafidh, Jurnalis Kedai Pena