KedaiPena.Com – Sebenarnya, jalur pendakian Gunung Merapi ada dua, yakni New Selo dan Sapuangin. Namun, pasca erupsi tahun 2010, jalur Sapuangin ditutup dan dibuka lagi pada Mei 2017.
Demikian disampaikan peneliti Pusat Penelitian (Puslit) Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Hari Setiono di STP Bandung, belum lama ini.
“Nah, kalau New Selo itu sudah umum, dan dianggap kurang menantang bagi anak muda. Tapi untuk Sapuangin lebih menantang, dan kesulitannya tiga kali lipat,” kata dia.
Jalur dari ‘camp’ perizinan sampai pos 1 tidak terlalu berat. Lalu, pos 1 sampai pos 2 meningkat. Sementara di pos 3, ada yang harus dihindari, yakni pembangkit listrik tenaga surya yang berbahaya bagi masyarakat umum.
“Kemudian jalur pos 3 sampai 4 sangat tajam dan perlu kemampuan khusus dan fisik yang prima dari pendaki,” jelas dia.
Hari menambahkan, jalur dari pos 4 hingga Pasar Burah lebih beresiko, apalagi jalur Pasar Bubrah sampai puncak.
“Nah, manajemen resiko memang harus dikelola. Resiko bukan harus dihindari tapi harus dikelola, sehingga kerugiannya dapat diminimalisir. Artinya korban jiwa, material dikurangi,” Hari melanjutkan.
Ia pun berharap, wisata minat khusus jalur Sapuangin harus berkembang. Bisa diatur per tahap dan per segmen menjadi wisata golongan dan usia tertentu. Sehingga semua bisa merasakan keindahan Merapi.
“Hanya untuk tempat ekstrem harus ada ekstra pengawasan dari taman nasional. Seleksi masuk juga harus ketat,” imbuh dia.
Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah kapan waktu yang pas untuk ke jalur Sapuangin Merapi.
“Karena kita gak tahu, ada bahaya bermacam-macam seperti erupsi dan gempa bumi yang bisa menyebabkan longsor sehingga menyebabkan bencana,” demikian Hari.
Laporan: Ricki Sismawan