JELANGÂ beberapa hari Lagi, putusan Arbitrase yang sedang di Sidangkan di Den Haag Belanda, Cina sudah persiapakan manuver atas klaim terhadap Laut Cina Selatan (LCS).
Dari argumen yang di ajukan Cina dengan sebuah Buku Kuno “Holy Grail” berusia 600 Tahun bahwa dahulu. Para Nelayan Cina sudah sering mencari Ikan sampai ke Laut Cina di bagian Selatan tidak dapat di jadikan argumen dan bukti-bukti kuat atas klaim itu.
Karena di Hukum Laut Internasional yang termuat di UNCLOS itu sudah sangat jelas membantah klaim Cina itu, sehingga Cina pun berupaya mencari dukungan beberapa Negara, tapi sepertinya usaha itu kurang mendapat dukungan.
Lalu Pemerintah Cina mencoba menggelar kekuatan untuk menggertak Negara-negara yang berbatasan dengan lautan itu. Terutama, Filipina sebagai penggugat, juga Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Indonesia.
Dan Cina akan tidak mau menerima putusan Arbitrase tersebut dan akan berupaya melakukan perlawanan. Ada potensi ekonomi besar yang diincar Cina terutama kandungan Gas di Natuna yang cukup besar.
Sehingga sikap Cina terhadap Arbitrase di Den Haag itu bermotif perluasan Wilayah Lautan di selatan dan potensi ekonominya.
Pada pertemuan G-7 di Jepang, Pimpinan Negara2 G-7 juga sudah memperjelas dukungan atas putusan arbitrase itu. Sehingga jalan diplomasi Cina untuk cari dukungan juga gagal dan Cina mau mangandalkan manuver militer.
Jika benar Cina membuktikan ancamannya itu jika putusan arbitrase tidak seperti yang diperjuangkan Beijing, maka Cina akan mendapat kecaman Dunia Internasional karena Cina dianggap memendam Watak Ekspansionis dan Kolonialis.
Dan ini pasti akan sangat merugikan Cina sendiri, apalagi kondisi ekonomi negara komunis ini sedang terpuruk. Sehingga manuver Cina ini akan menciptakan goncangan luar dan dalam negeri sendiri. Apakah Cina mau siap berperang untuk nafsu ekspansif?
Tindakan itu akan dicurigai pada apa yang telah di lakukan Cina dalam membangun kekuatan ekonomi dan keuangan, juga kekuatan politik dan militer-nya. Cina akan makin terkucil, jika berani melawan putusan arbitrase nanti.
Oleh Muslim Arbi, Pemerhati Sosial Politik