KedaiPena.Com – Berawal dari Kedai Kopi, Lembur Kula yang berada di daerah Gunung karang atau tepatnya di Jalan Gunung Karang, Pasirpeuteuy, Kecamatan, Cadasari, Kabupaten Pandeglang, kini disulap menjadi sebuah destinasi wisata alam.
Owner Lembur Kula, Ade Kardiana mengatakan, awalnya banyak wisatawan yang menilai lembur kula adalah salah satu destinasi wisata lantaran keberadaam spot-spot menarik untuk pengunjung.
“Sebenarnya sih kita itu kedai kopi tadinya berangkatnya itu dari kedai kopi, cuman orang ngomongnya udah wisata ya sudah wisata saja, akan tetapi tetap kedai kopi itu kita ingin mengenalkan kopi robusta Pandeglang,” ucap Ade Kardiana, Senin, (25/1/2021).
Ade menyampaikan, spot utama dari Lembur Kula adalah Kedai Kopi dengan format atau konsep outdoor, serta untuk harga tiket masuknya sangat bersahabat.
“Ya spot utamanya itu adalah Kedai Kopi kita itu kedai kopi dengan format nya itu outdoor, jadi di perahu juga ada meja untuk tempat ngopi dengan segala fasilitasnya makanya di sini masuk Rp5.000 itu bebas semuanya tidak dipungut lagi,” tambahnya.
Ade mengatakan, bahwa Lembur Kula baru dibuka beberapa bulan lalu, dan dirinya memiliki cerita tersendiri dalam membuat kedai kopi Lembur Kula tersebut.
Ade sendiri dulu adalah seorang karyawan sebuah perusahaan swasta, di tengah masa pandemi ini dirinya terdampak Pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dirinya pun mengaku harus tetap berpikir untuk mampu melewati situasi tersebut. Akhirnya dengan kenekatam dirinya membuka sebuah usaha kedai kopi.
“Ya buka nya saat pandemi kebetulan ya gara-gara pandemi alhamdulillah berkah buat saya, karena saya itu tadinya kerja di PT selama 25 tahun kemudian di PHK dan saya berpikir bahwa PHK itu bukan kiamat. Tetapi saya berpikir kebetulan tetangga ada yang punya lahan saya manfaatkan untuk bisnis,” katanya.
Menurutnya, disaat kita dalam kondisi seperti ini atau pandemi, dirinya mengatakan harus dapat mampu bertahan dan melawan untuk keluar dari tekanan serta yang paling utama adalah tidak menyerah terhadap kondisi seperti apapun.
“Ya saya punya usaha daripada nganggur, kalau untuk saya pandemi itu berkah karena kita bisa mikir, kita harus keluar dari tekanan-tekanan ya, dari pemerintah dan saya juga berjuang di sini bagaimana caranya supaya orang itu belajar. Ya maksudnya walaupun kita pandemi tapi kita tidak menyerah terhadap pandemi tersebut dan kita masih bisa punya celah-celah untuk berusaha,” tuturnya.
Selanjutnya, dirinya mengatakan semua pengunjung yang akan mengunjungi tempatnya harus menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, cuci tangan dan yang paling utama adalah tidak berkerumunan.
“Ya itu udah pasti protokol kesehatan dan selalu dihimbau di Instagram dikeluarkan perintah-perintah atau himbauan protokol kesehatan,” imbuhnya.
Selain itu, dirinya mengatakan rata-rata pengunjung Lembur Kula perhari itu sekitar 100-200 pengunjung, namun untuk di akhir pekan hampir 500 pengunjung yang berkunjung.
“Ya karena jumlah tidak terlalu banyak, ini Kan jumlahnya itu luas nya sekitar 3.800 meter ya kita disini tetap outdoor tidak ada yang indor jadi tetap udara terbuka. Paling di sekitar 100-200 pengunjung, kalau weekend itu lebih ya bisa 500 orang kita itung kamu dari tiket,” katanya.
Tidak hanya itu, Ade menjelaskan, Lembur Kula tersebut bekerjasama dengan BUMDes dan karang taruna desa Pasirpeuteuy, seperti membuka spot Galeri Lembur Kula yang di kelola oleh karang taruna dan juga BUMDes, serta parkiran kendaraan.
“Kita itu bekerjasama dengan bumdesnya, jadi mereka sudah punya program seperti itu ya kita jual aksesoris ini dari kerajinan yang pemuda itu, kita fasilitasi saja daripada orang di bumdes hanya dilihat saja ya mending di sini banyak orang,” ujar Ade.
“Ya seperti membuat seperti ini (menunjuk salah satu aksesoris, red) karena disini ada tanamannya ya tinggal dibikin saja,” sambungnya.
Menurut dirinya, setelah di bukanya Lembur Kula yang sudah berjalan 4 bulan tersebut, dirinya telah melakukan komunikasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan dinas terkait lainnya, akan tetapi sampai saat ini belum ada perkembangan lebih lanjut.
Dirinya berharap pemerintah kabupaten Pandeglang dapat menunjang sarana dan prasarana menuju destinasi wisata yang ada di gunung Karang, seperti akses jalan dan juga penerangan jalan umum.
“Kalau harapannya sih ya harus ada penunjang, contoh perjalanan ke sini kan jalannya masih jelek kemudian penerangan PJU nya masih minim jadi kita di sini baru bisa sampai jam 6 (18.00 WIB, red), pengunjung yang sampai malam itu belum ada,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi