KedaiPena.Com – Media asing, Bloomberg menerbitkan artikel berjudul “Indonesia May Be Next Asian Country to Spurn China in Election” belum lama ini.
Dalam artikelnya, Bloomberg menjelaskan kemungkinan rakyat Indonesia menolak kehadiran Cina dalam pemilu.
Untuk diketahui, investasi Cina yang masif ke sejumlah negara acapkali menuai penolakan.
Di Indonesia, investasi negeri Tirai Bambu turut menjadi isu yang memanas dibahas, terlebih jelang Pilpres 2019.
Jika berkaca dari negara-negara tetangga yang telah lebih dulu menolak Cina sebagai isu di pemilu.
Seperti di Malaysia, Perdana Menteri Mahathir Mohamad memanfaatkan sentimen tersebut untuk mengalahkan petahana Najib Razak.
Dalam kampanyenya, Mahathir berjanji akan meninjau investasi Cina, termasuk jalur kereta api berkecepatan tinggi.
Bergeser sedikit ke barat, Myanmar juga telah melakukan peninjauan kembali mengenai harga pelabuhan yang pembangunannya didukung Cina.
Selain itu, oposisi Thailand juga melakukan hal yang sama. Mereka berjanji akan meninjau ulang investasi Cina saat berhasil mengambil alih tampuk pimpinan.
Dalam artikel yang ditulis Karlis Salna dan Arys Aditya itu, Bloomberg menyoroti investasi pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dalam mukadimah.
Proyek kereta sepanjang 150 km dengan nilai investasi 6 miliar dolar AS itu sedianya akan menjadi mercusuar bagi pembangunan infrastruktur di era Joko Widodo memimpin. Tapi kini justru berubah menjadi malapetaka karena terjadi keterlambatan pembangunan.
Celakanya, lingkaran Istana telah menyatakan keprihatinan atas transparansi keuangan yang diberikan Cina.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Lembong menyebut proyek ini mewakili segala sesuatu yang salah dalam proyek ambisius Cina, One Belt One Road (OBOR) atau yang belakangan bernama Belt and Road Initiative (BRI).
“Itu buram dan tidak transparan, bahkan kita anggota kabinet mengalami kesulitan dalam mendapatkan data dan informasi,” kata Lembong.
Hal ini menjadi peluru bagi Prabowo Subianto yang menjadi rival Jokowi untuk memainkan sentimen anti investasi Cina.
Dalam Pilpres 2019, Prabowo secara tegas menyambut baik investasi Cina. Tapi dengan catatan, investasi itu harus menguntungkan rakyat Indonesia.
Dia telah bersumpah untuk meninjau proyek kereta api berkecepatan tinggi dan juga untuk mendapatkan kesepakatan perdagangan yang lebih adil dengan Beijing.
Laporan: Muhammad Lutfi