KedaiPena.com – Anggota Komisi VII DPR, Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menyatakan apresiasinya atas upaya Pemerintah untuk menurunkan harga penjualan LPG 3 Kilogram, dengan memotong rantai distribusi penjualan.
Sosok yang akrab dipanggil BHS ini menyatakan, langkah penurunan harga LPG 3 Kilogram dengan memotong rantai distribusi penjualan harus dilakukan satu kajian yang lebih mendalam. Karena, pemerintah harus benar-benar mengetahui ketercukupan dan ketejangkauan agen resmi LPG dari Pertamina.
“Apakah cukup dan mudah terjangkau oleh masyarakat atau tidak. Karena, hingga saat ini Masyarakat menengah kebawah dan UMKM masih sangat membutuhkan LPG 3 kilogram, yang harganya lebih murah daripada LPG 12 kilogram,” ujarnya.
Demikian juga apabila ditinjau dari sisi ekonomi. Dimana saat ini penjualan LPG 3 kilogram di masyarakat, sudah bisa memberikan kehidupan ekonomi secara luas bagi masyarakat UMKM. Bambang Haryo berharap Pemerintah baik Pusat maupun Daerah bisa mengawasi harga LPG subsidi tersebut.
“Tidak seperti saat ini, harga LPG 3 Kilo yang seharusnya di kisaran Rp12.000 menjadi Rp22 ribu hingga Rp24 ribu di masyarakat,” ujarnya.
Ia menyatakan harga LPG tanpa subsidi di Indonesia masih tergolong tinggi. Sehingga masyarakat menengah banyak yang menggunakan LPG 3 kilogram. Apalagi, perbedaan harga yang sangat jauh antara LPG 3 kilogram dengan LPG 12 kilogram. Saat ini harga LPG 12 kilogram adalah Rp210.000 atau Rp17.500 per kilogram.
“Seharusnya pemerintah bisa melaukkan kajian untuk menurunkan harga LPG 12 Kilogram. Sebagai perbandingan, harga LPG 12 kilogram di Malaysia adalah 22.8 Ringgit atau setara Rp77.000 atau setara Rp6.416 per kilogramnya. Dan harga LPG di Thailand per kilogram nya sebesar 5.78 Baht atau sekitar Rp12 ribu. Sedangkan di Vietnam dipatok di 620 Dollar Amerika per ton atau Rp9.920 per kilogram,” papar Bambang Haryo.
Apalagi Indonesia juga sebagai penghasil Gas dan bahkan pernah mengekspor 1 juta ton LPG ke Malaysia pada tahun 2015, dan bahkan sampai dengan saat ini masih mengekspor LPG ke Malaysia. Sudah seharusnya harga LPG Indonesia bisa jauh lebih murah dari ketiga Negara Asean tersebut.
Karena kita mempunyai cadangan gas yang bisa dipakai untuk LPG sangat banyak, seperti Lapangan Maruap Sarati, Lapangan Puspa, Tuban, Kalibiru, Papua, Sangata, dan lain lain. Dan sudah seharusnya Indonesia bisa swasembada LPG untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang sebesar 7 juta ton per tahun. Sehingga LPG non subsidi di Indonesia bisa ditekan harganya jauh lebih rendah.
Kalau itu bisa dilakukan, lanjutnya, maka masyarakat menengah Indonesia bisa menggunakan LPG non subsidi dengan harga murah. Dan Indonesia tidak perlu lagi impor LPG dari Amerika Serikat, Iran, Qatar, atau negara lainnya.
“Dan bila harga LPG non subsidi murah, Masyarakat UMKM juga bisa memanfaatkan LPG non subsidi dengan harga murah tersebut untuk pengembangan usahanya. Dan hasil produksinya bisa dijangkau masyarakat dengan harga yang lebih murah. Sehingga bisa ikut mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang di targetkan Presiden RI Prabowo Subianto,” pungkas BHS.
Laporan: Ranny Supusepa