KedaiPena.Com – Apresiasi terhadap kesenian tradisional atau pertunjukan rakyat sebagai media tradisional khususnya dari generasi muda dikhawatirkan terus mengalami pemerosotan.
Demikian dikatakan Kadis Kominfo Provinsi Sumut Jumsadi Damanik yang diwakili Plh Kadis Evi Jarnita saat membuka Pementasan Pertujukan Rakyat Media Tradisional di SMA Negeri I Plus Matauli Pandan, Kamis (2/6).
“Dikhawatirkan, dalam waktu satu dasawarsa lagi, kesenian tradisional akan kehilangan, bukan hanya penonton, melainkan juga pewaris aktifitasnya,” ujar Evi.
Padahal, menurut Evi, seni pertunjukan tradisional memiliki fungsi strategis dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Yakni, pendidikan masyarakat, media perjuangan, media kritik sosial, media pembangunan dan media komunikasi serta media informasi lainnya.
Evi menambahkan, banyak hal yang menjadi penyebab fungsi dan peran serta posisi kesenian tradisional mengalami kemerosotan. Salah satunya kehadiran berbagai jenis seni pertunjukan modern.
Selain itu, tambahnya, yakni kehadiran teknologi komunikasi modern, seperti televisi, VCD, internet dan lainnya, yang menyebabkan orang enggan pergi ke tanah lapang, atau gedung kesenian untuk menyaksikan pertunjukan rakyat.
“Ironisnya, masyarakat perkotaan merasa turun gengsinya, apabila menggemari pertunjukan rakyat,” katanya.
Untuk itu, lanjut Evi, pemerintah dan pemangku amanah kesenian tradisional harus terus melakukan inovasi dan terobosan. Agar, jenis seni pertunjukan tersebut mampu bangkit dan merebut kembali hati publik.
Dalam acara itu Petra Matauli Pandan menampilkan pemetasan rakyat yang mengangkat kisah cinta Pangeran Badiri dan Putri Lopian.
Tampak, pementasan para pelajar itu menyajikan bentuk kolaborasi antara kisah rakyat yang mengedepankan unsur tradisional dipadu dengan unsur modernisasi.
Kombinasi apik yang dimainkan para pemain pertunjukan itu terlihat mulai dari penggunaan pakaian tradisional, alat musik tradisional, penggunaan bahasa yang disaji secara mix antara bahasa pesisir, bahasa Indonesia dan logat Batak.
Tak luput, pertunjukan itu juga mengesankan adanya kedekatan yang kuat antara kehidupan tradisional dengan pola pergaulan positif generasi muda.
Diiringi musik dangdut, instrumental batak, tarian tortor, pakaian adat pesisir dikombinasi dengan Ulos, lengkap dengan gestur-gestur lucu serta improvisasi para pelakon, pementasan yang sangat menghibur itu akhirnya ditutup dengan menyatunya restu pernikahan anak raja, yakni Pangeran Badiri dan gadis desa Butet yang kemudian berjuluk Putri Lopian.
Tampak, pertunjukan itu turut dihadiri Kadishubkominfo Tapteng, Erman Syahrin Lubis, para pelajar SMA dan SMP, pengurus KNPI dan sejumlah undangan lainnya.
(Dom)