KedaiPena.com – Anggota Komisi VII DPR RI, Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menyatakan apresiasinya atas kebijakan pemerintah yang memutuskan untuk memperpanjang program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), dengan harapan adalah untuk membuka potensi untuk pengembangan industri secara lebih luas.
Tapi ia mengharapkan pemerintah bisa menerapkan harga energi yang murah untuk semua industri, untuk menarik para investor dari wilayah Asia Timur, Australia, Amerika maupun wilayah Eropa. Jika Indonesia bisa menyerap industri dari negara lain tersebut, maka akan mendorong kemampuan industri dalam negeri untuk bertahan dan mengeluarkan produk yang murah dan berdaya saing.
“Jika produk itu murah, maka masyarakat akan memiliki daya beli, yang nantinya akan menggerakkan perekonomian, seperti yang diharapkan oleh Presiden Prabowo. Dampaknya adalah target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintah, dapat tercapai,” kata Bambang Haryo saat dihubungi, Senin (28/1/2025).
Indonesia adalah negara produksi gas bumi ke-14 dunia pada Juni 2024 dan baru saja ditemukan sumber gas alam di Aceh. Indonesia pun merupakan negara pengekspor gas bumi ke berbagai negara, seperti Singapura, China, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Filipina, Thailand, dan Malaysia.
“Seharusnya, sebagai negara yang memproduksi gas, harga jual ke masyarakat industri tidak terlalu tinggi,” ujarnya.
Ia menyatakan harga gas bumi dunia per 25 Januari adalah 3,98 Dollar Amerika per MMBtu. Sementara, 80 persen dari masyarakat industri Indonesia, mendapatkan harga gas itu sekitar 12 Dollar Amerika per MMBtu. Berbeda jauh dengan harga gas industri di Malaysia yang hanya 6,8 Dollar Amerika per MMBtu maupun Thailand yang menerapkan harga 8,2 Dollar Amerika per MMBtu.
“Seharusnya, harga gas di negara tetangga ini bisa menjadi rujukan pemerintah dalam menerapkan harga gas untuk industri di negara kita ini. Jika ini bisa terealisasi dapat dipastikan kita bisa merebut para pelaku industri dari negara-negara adidaya tersebut,” ujarnya lagi.
Bambang Haryo menyatakan semua industri harusnya bisa mendapatkan harga gas murah, yang saat ini hanya 7 sektor, industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet. Ada industri lainnya, yang lebih dibutuhkan masyarakat, yang juga harus diberikan harga gas murah. Sehingga komoditas yang dihasillkan industri tersebut bisa murah dan bisa bersaing. Ia pun menyampaikan Indonesia adalah negara yang berlokasi strategis di antara negara besar.
“Harusnya Kita harus bisa mengambil kesempatan atau peluang, yang bisa menampung industri-industri dari Asia Timur, Eropa, Australia, Amerika. Apa yang kita jual kepada mereka? Harga energi sebagai investasi yang dilakukan secara terus serta kualitas dan produktivitas SDM,” ucapnya.
Ia menyatakan jika industri-industri dari negara besar ini masuk ke Indonesia akan menciptakan lapangan pekerjaan dan peluang pertumbuhan ekonomi.
“Tidak usah pakai HGBT, tidak usah insentif. Buka saja harga 6 Dollar Amerika ke semua industri. Harga gas bumi dunia 3,98 Dollar Amerika, kita jual 6 Dollar, masih untung kok. Infrastruktur Pertamina, PGN itu tidak boleh untung besar. Mereka untungnya bisa saja kecil, tapi dampak multiplier economy-nya sangat luas,” ucapnya lagi.
Ia mengakui harga gas bumi dunia memang naik, walaupun tidak signifikan. Tapi, lanjutnya, yang perlu digarisbawahi adalah Indonesia merupakan negara yang memproduksi gas bumi.
“Untuk domestik kita, ya kita tentukan sendiri lah. Kenapa harus terpengaruh dengan harga gas internasional. Toh, BUMN-BUMN itu tetap untung, tidak rugi. Bandingkan dengan Petronas Malaysia yang menjual harga BBM dan gas dengan murah, mereka juga tetap untung kok. Perhitungkan dengan benar,” kata Bambang Haryo.
Ia pun kembali mengingatkan bahwa seluruh infrasruktur energi tidak boleh mengambil keuntungan yang terlalu besar. Tapi, yang ditargetkan adalah dampak dari pembangunan atau pengadaan infrastruktur energi yang mampu menciptakan efek ganda ekonomi.
“Saya mengharapkan pemerintah bisa mengkaji harga gas murah ini dan mulai mengedepankan perluasan kebijakan harga gas murah untuk semua industri, terutama untuk industri-industri yang berkaitan dengan sandang, pangan, dan papan. Tiga komoditas itu harus didukung oleh infratsruktur energi yang murah, karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa