KedaiPena.Com – Sejumlah daerah akan mulai menerapkan new normal atau Normal Baru menghadapi Corona atau Covid-19. Sektor ekonomi maupun pariwisata akan kembali dibuka setelah lama ditutup karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Salah satu sektor yang sangat dinanti oleh banyak masyarakat setelah sekian lama ditutup lantaran PSBB guna menangkal penyebaran Corona ialah pendakian gunung.
Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) memberikan tips dan formula bagi para masyarakat yang ingin kembali melakukan pendakian di tengah kondisi new normal atau normal baru.
Ketua APGI Vita Landra mengatakan, bagi para pendaki yang ingin kembali melakukan pendakian gunung di era new normal harus mulai menerapkan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat atau disingkat PHBS.
“Untuk menghadapi (new normal) pertama kita harus menerapkan PHBS, seperti rajin cuci tangan, menggunakan dan membawa masker serta hand sanitizer. Lalu perlengkapan juga harus disemprot disinfektan,” kata Vita dalam kegiatan Ngobrol Online dengan tema Pendakian Gunung di Era New Normal bersama Ceo Avtech, Yudhi Kurniawan, Minggu (7/6/2020).
Selain itu, lanjut Vita, para pendaki juga harus menerapkan physical distancing sesuai protokol kesehatan corona dalam melakukan pendakian. APGI sendiri, lanjut Vita, menawarkan konsep tracking baru.
“Jadi berjarak yang coba kita tawarkan tracking yang tidak biasa. Misalnya, biasanya 20 orang satu grup, sekarang maksimal 7 orang termasuk porter. Pendakian juga jadi berjarak dengan jarak minimal satu atau dua meter,” ungkap Vita.
Vita melanjutkan, untuk masker jika mengacu dari asosiasi pendaki gunung internasional memang diwajibkan untuk dibawa ketika melakukan pendakian. Meskipun, kata Vita, penggunaanya tergantung dari pendaki.
Vita sendiri menjawab pertanyaan banyak pendaki soal penggunan masker yang dinilai akan menjadi beban bagi para pendaki.
“Memang banyak yang bertanya soal ini para pendaki mengeluh ketika tidak pakai buff (sejenis masker kain) saja engos-engosan apalagi pakai masker. Kalau selama jalan (proses mendaki) tidak usah dipakai. Tapi kalau perjalanan menuju gunung atau berbicara dengan orang wajib dipakai,” ungkap Vita.
Vita menganjurkan, agar setiap peralatan gunung disemprot cairan disinfektan baik sebelum, ataupun sesudah perjalanan dan pendakian.
“Seperti ransel ketika taruh di bawah (lantai atau tanah) juga disemprot disinfektan, ketika bersentuhan dengan barang orang lain di semprot. Lalu ketika di gunung tidak boleh peralatan baik peralatan masak atau apapun itu bergantian penggunaan dengan orang lain,” tegas Vita.
Selain itu, Vita mengatakan, kapasitas tenda untuk para pendaki di gunung juga dibatasi. Biasanya, tenda diisi full pendaki selama penerapan new normal setengahnya.
“Kapasitas tenda hanya dipakai setengah dari kapasitas yang ada selama ini. Jadi penerapan physical distancing juga berlaku di tenda saat melakukan mendaki,” kata Vita.
Vita menambahkan, bahwa penerapan protokol kesehatan selama mendaki gunung ini sudah diajukan oleh APGI ke Kementerian Pariwisata dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Meski demikian, Vita mengatakan, bahwa para pemandu dari APGI wajib menerapkan formula protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pihaknya tersebut.
“APGI membawa formula, tapi penerapan kebijakanya ada di Kementerian Pariwista dan KLHK, Taman Nasional. Karena kita mencoba menyesuaikan peraturan yang ada di tempat wisata atau gunung tersebut,” tandas Vita.
Laporan: Muhammad Lutfi