KedaiPena.Com – Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Anetta Komarudin mendorong optimalisasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) guna mengungkit kinerja penerimaan negara pada triwulan-III dan triwulan-IV tahun ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Putkom saat merespon Laporan Hasil Pemerikasaan Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2019.
LHP tersebut mencatat kenaikan saldo aset pemerintah hingga mencapai Rp10.467,53 triliun per 31 Desember 2019, yang disebabkan koreksi nilai wajar Aset Tetap sebesar Rp4.113,21 triliun berdasarkan hasil revaluasi BMN.
“Pemanfaatan aset negara dalam rangka penanganan pandemi sudah terbukti bermanfaat, mulai dari pengalihfungsian Wisma Atlet Kemayoran menjadi Rumah Sakit Darurat COVID-19, penggunaan Asrama Haji Pondok Gede menjadi lokasi karantina, hingga menyerahkan ribuan masker sitaan Ditjen Bea Cukai kepada BNPB,” kata Putkom, Rabu, (22/7/2020).
Namun, lanjut Putkom, yang perlu didorong lebih jauh adalah bagaimana pengelolaan aset, khususnya BMN, agar dapat berkontribusi pada peningkatan penerimaan negara tahun ini, mengingat kinerja pendapatan APBN tertekan akibat pandemi.
Kontribusi pemanfaatan BMN terhadap penerimaan negara dapat tercermin melalui pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PBNP). Kementerian Keuangan mencatat penurunan realisasi PNBP pada semester I 2020 menjadi negatif 11,8 persen (yoy).
Sementara, realisasi pendapatan pos PNBP Lainnya, yang mencakup penerimaan dari pengelolaan BMN, tetap mencatat pertumbuhan positif senilai 9,9 persen (yoy).
Namun, data realisasi pos PNBP atas pengelolaan BMN selama tiga tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan secara signifikan, yaitu sebesar Rp266,2 miliar pada tahun 2017, Rp339,6 miliar pada tahun 2018, dan Rp551,2 miliar pada tahun 2019.
“Jumlah pendapatan negara yang diperoleh dari pengelolaan BMN dapat dikatakan masih rendah, tetapi bukan berarti tidak potensial. Justru, besarnya nilai total aset negara perlu dioptimalkan lagi pemanfaatannya untuk menambah pendapatan negara hingga akhir tahun ini. Salah satu langkah adalah dengan meningkatkan kinerja Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) yang memang bertugas untuk menghasilkan manfaat finansial dari aset negara yang dikelola,” ungkap Putkom.
Sebagai informasi, LMAN merupakan Badan Layanan Umum (BLU) di lingkungan Kementerian Keuangan, dengan mandat untuk melaksanakan pengelolaan properti negara, jasa konsultasi, dan pendanaan lahan untuk pembangunan infrastruktur strategis nasional.
Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI pada Rabu (15/7), LMAN menyampaikan bahwa aset yang dikelola pada tahun 2020 adalah senilai Rp14,36 triliun yang tersebar di seluruh Indonesia. Puteri mendorong LMAN untuk semakin meningkatkan kinerjanya, terutama dengan memanfaatkan perluasan skema pengelolaan aset negara yang baru saja diperbarui melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas PP No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
“Selama tiga tahun terakhir, LMAN telah mencatat kinerja produktif yang ditunjukkan dengan realisasi pendapatan yang terus mengalami pertumbuhan dan selalu melebihi target. Selanjutnya, LMAN harus mampu memastikan bahwa aset negara yang dikelola memiliki nilai tambah yang berkelanjutan dan memberi manfaat bagi kepentingan publik,” tegas Putkom.
“Misalnya, dengan melaksanakan skema pemanfaatan BMN yang baru diterbitkan, yaitu Kerja Sama Terbatas untuk Pembiayaan Infrastruktur,” sambung Putkom.
Skema konsesi melalui Kerja Sama Terbatas untuk Pembiayaan Infrastruktur atau Limited Concession Schemes (LCS) memungkinkan pemerintah untuk mengelola BMN dengan berkelanjutan sehingga dapat menyumbangkan PNBP dengan optimal setiap tahunnya.
Oleh karenanya, Putkom meminta pemerintah agar segera menginventaris BMN mana yang dapat dikelola dengan skema LCS dan mengkaji optimalisasi pendapatan negara yang akan diperoleh dari kerja sama tersebut.
Dengan demikian, tegas Putkom , langkah tersebut diharapkan turut menjadi alternatif sumber penerimaan negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tertekan pandemi.
Laporan: Muhammad Hafidh