KedaiPena.Com – Dalam suatu kesempatan pada Majelis Ilmu Ust. Firanda Andirja. M.A, ada seorang jamaah yang bertanya tentang kunjungan Raja Salman ke Indonesia saat sekarang ini. Orang itu bertanya kepada Ust. Firanda, apakah Raja Salman tahu, apa yang tengah terjadi di Indonesia saat ini?.
Sontak Ust. Firanda tertawa langsung diiringi tawa para Jemaah. “Sayangnya saya tidak punya Whatsapp beliau,” jawab Ust. Firanda berkelakar.
Namun untuk sekelas Raja Salman, sambung dia, pasti tahu apa yang tengah terjadi di Indonesia. Ia berpendapat, Raja Salman bukanlah orang yang hanya duduk dirumah, tanpa mengetahui politik yang terjadi di belahan dunia ini. Ia bahkan melakukan kunjungan-kunjungan ke negara-negara kafir, Ia punya politik tersendiri.
“Dia pun memandang maslahat dan mudharat. Bahkan jangankan Negara Islam, Negara kafir pun beliau kunjungi kalau perkaranya berbahaya,” ujarnya.
“Terkadang kita memandang suudzon. Contoh sederhana, waktu terjadi pengeboman di Perancis yang mengakibatkan sebagian orang meninggal dunia, Saudi tatkala itu berduka cita. Sampai-sampai bangunan atau gedung-gedung tinggi di Saudi Arabia memasang bendera Perancis, menandakan bahwa mereka turut berduka,” kata dia lagi.
Mungkin sebagian orang berfikiran, sambungnya, mengapa Saudi sampai melakukan hal seperti itu? Ust. Firanda berfikir positif, justru Saudi sengaja berbuat demikian agar jangan sampai kaum Muslimin menjadi tertuduh sebagai pelaku. Buktinya pusat kaum Muslimin berlepas diri dari perbuatan tersebut.
“Dengan demikian, kaum Muslimin yang berada di Perancis tidak mendapat kemudharatan lebih. Karena sudah pasti, begitu ada kejadian pemboman tak lain tuduhan jatuh kepada kaum Muslimin. Begitu Arab Saudi menunjukan berlepas diri dengan caranya, maksudnya agar tidak memberi kemudharatan kepada Muslimin dan tidak semakin diintimidasi,” jelas dia.
Sebagian da’i-da’i juga ada yang berpendapat negatif dengan berasumsi masih banyak negara-negara Muslim yang seharusnya mendapat perhatian lebih, seperti contohnya Suriah dan Palestina. Namun bukan seperti itu pola pikir yang seharusnya. Inilah politik, Suriah dan Palestina sudah jelas dibantu oleh Arab Saudi. Ia punya politik tersendiri untuk berhadapan dengan orang kafir.
“Sebagai contoh, pernah pemerintah Arab Saudi dengan tegas mengumumkan peraturan resmi bahwa tidak boleh 1 orang pun warganya pergi ke Suriah. Sontak hal ini menimbulkan polemik dari netizen. Mereka kembali berasumsi bahwasanya Saudi mendukung Syiah, tidak toleran kepada kaum Muslimin dan sebagainya. Namun kembali lagi, bukan seperti itu pola pikir yang seharusnya,” ia mengingatkan.
Seperti kasus di Suriah, negara ini memiliki pemerintahan yang sah menurut Undang-undangnya dan diakui dunia, di bawah Presiden Bashr Al Assad. Kemudian ingin digulingkan oleh rakyatnya. Saudi tidak boleh menunjukkan dukungan kepada pihak yang ingin menggulingkan pemerintah Bashr Al Assad. Karena ini akan menimbulkan protes dari negara-negara lain dan menyalahi aturan dunia.
“Bukan berarti Saudi tidak membantu, justru bantuan paling banyak di terima Suriah berasal dari Saudi Arabia. Ia punya cara politik tersendiri agar bantuan tersebut bisa diterima dengan baik. Beda kasusnya ketika di Yaman, ada pemerintah yang diakui, lalu minta bantuan untuk melawan pemberontakan,” terangnya.
“Untuk hal ini, Saudi terang-terangan membantu, karena hal tersebut tidak melanggar aturan dunia. Raja Salman tentu tahu, dan ia punya pandangan tersendiri. Kita hargai cara pandang beliau,” pungkas dia.
Laporan: Anggita Ramadoni