Artikel ini ditulis oleh Tulus Sugiharto, Pemerhati Sosial Politik.
Satu sore saya kangen dan ingin bertemu dengan Bung Rizal Ramli (RR), cukup pakai Whatsapp, jika ada waktu maka mudah berjumpa kok.
Tapi sore di Jakarta memang cukup macet, maka lagu pun menjadi teman yang baik. Sebuah lagu mengalun dengan baik judulnya “Manusia Kuat“ yang dinyanyikan oleh Tulus.
Liriknya:
Kau bisa patahkan kakiku
Tapi tidak mimpi-mimpiku
Kau bisa lumpuhkan tanganku
Tapi tidak mimpi-mimpiku
Sebetulnya apa sih mimpi Bung RR? Ingin jadi pemimpin di negeri ini. Buat apa? Ingin terkenal ? Kalau ingin dikenal, Bung ini sudah cukup terkenal.
Waktu muda jadi demonstran, pernah dipenjara, meraih gelar doktor di Amerika, pernah jadi menteri dalam usia yang cukup muda, pernah jadi kepala Bulog, bahkan jadi Menteri Koordinator Ekonomi.
Di media sosial? Kalau Bung masuk di sebuah portal news yang baca ratusan ribu bahkan jutaan, demikian juga kalau masuk di media sosial, banyak yang liat dan kasih komentar.
Memang mimpi Bung RR sangat sulit, mimpinya adalah membawa rakyat Indonesia ke arah yang jauh lebih baik.
Menjadi menteri di Era Gur Dur tapi kemudian kakinya patah di era SBY, dijanjikan sih jadi orang yang memimpin ekonomi Indonesia. Tapi akhirnya jabatan yang diberikan tidak sesuai dengan yang ia pikirkan, Bung RR menolak sebuah jabatan menteri, padahal jabatan itu bisa membuatnya dekat dengan banyak pengusaha dan kaum industri.
Katanya, buat apa jadi menteri jika cuma cari jabatan tapi tidak memberi dampak yang sangat luas buat masyarakat.
Tangannya lumpuh ketika belum satu tahun jadi Menko Maritim di bawah pimpinan Jokowi. Katanya tidak berprestasi, padahal obyektifnya dalam catatan portal news Berita Satu disebutkan Bung RR memiliki belasan prestasi.
Pertama, soal Garuda, ia mengingatkan rencana mereka untuk membeli 30 pesawat Airbus A350 XWB. Bung RR saat itu menilai pesawat A350 XWB hanya cocok untuk penerbangan internasional jarak jauh. Soal Garuda itu benar, hingga kini Garuda masih tertatih.
Kedua, masalah listrik, bung RR menyebutkan agar jangan over supply (30.000 MW) membangun pembangkit listrik karena akan merugikan PLN dan membebani rakyat, semuanya ternyata terjadi.
Ketiga, kebijakan penurunan dwelling time Pelabuhan Tanjung Priok.
Keempat, kebijakan Pengembangan 10 Tujuan Destinasi Pariwisata baru diluar Bali.
Kelima, kebijakan industri garam nasional, teralu banyak impor. Bahkan banyak petani garam yang datang ke rumahnya mengeluh garam mereka kalah dibanjiri garam impor.
Keenam, kebijakan COPC (Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit) untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit.
Ketujuh, kebijakan revaluasi aset pada Paket Ekonomi ke VII, meningkatkan nilai aset BUMN Rp 800 triliun. Kebijakan paket deregulasi yang ditetapkan pemerintah diperkuat dengan kebijakan revaluasi aset.
Kedelapan, kebijakan terhadap rencana perpanjangan kontrak karya Freeport. Cadangan emas Freeport diperkirakan masih 30 sampai 40 tahun.
Menko Rizal dan Presiden Jokowi menginginkan kenaikan royalti naik hingga 5-7 persen, karena selama ini Freeport hanya membayar 1 persen royalti. Freeport juga harus mau mengurusi limbah.
Lalu Freeport harus membangun smelter, dan CSR dari Freeport untuk sekitarnya. Kesembilan, kebijakan penetapan kilang darat (onshore) Blok Masela.
Kesepuluh, kebijakan bebas visa dan penetapan 10 destinasi Wisata Unggulan.
Kesebelas, kebijakan pembentukan Badan Otoritas Pariwisata. Sebagai uji coba, pertama penerapan Badan Otoritas Pariwisata di Danau Toba yang ditargetkan menjadi Monaco of Asia dan kedua belas kebijakan Pembentukan Dewan Air Nasional.
Jadi dalam 11 bulan, Bung RR membuat kebijakan yang strategis untuk bangsa ini. Tapi baru 11 bulan jadi Menko, ia dicopot.
Setelah dicopot Bung RR bersuara di Twitter, “Saya telah mencoba berbuat yang terbaik buat bangsa dan rakyat Indonesia, terima kasih rakyat Indonesia,” cuitnya Rabu 27 Juli 2016.
Lalu dari 2016 hingga 2023 ini apa yang ia lakukan? Tetap menjadi partner kritis bagi pemerintah dan pro pada kepentingan rakyat.
Misalnya saja tentang utang luar negeri gali lubang tutup jurang, tarif listrik, melemahnya nilai rupiah, menyoroti soal pajak dan banyak lagi.
Kalau si Bung mau hidup enak, sebenarnya mudah saja, ikut saja kemauan yang berkuasa, dia akan dapat jabatan terus kok.
Banyak orang bilang, kalau jadi penguasa maka banyak orang yang akan datang, sebaliknya kalau tidak berkuasa banyak teman yang terbang.
Tapi buat Bung RR tidak seperti itu, dalam beberapa kesempatan sambil makan buah-buahan hasil dari kebunnya sendiri atau masakan buatan mbak Wiji, Ning, Iyem, Bung RR cerita, masih banyak pejabat yang masih menyapa nya, bahkan meminta nasehat.
Dan ternyata hubungannya dengan Partai Banteng merah pun masih baik lho. Secara khusus Bung RR memang mengidolakan Bung Karno dan sangat dekat dan menghargai Ibu Megawati, juga masih komunikasi dengan Mbak Puan Maharani dan sejumlah petinggi PDI Perjuangan lainnya.
Bung Karno berkali-kali kakinya dipatahkan penguasa, berkali kali tangannya dilumpuhkan. Tapi lirik di lagu Manusia Kuatnya Tulus, kaki dan tangan bisa lumpuh tapi tidak mimpi-mimpiku.
Bung Karno meraih mimpinya bukan dengan mudah, pernah patah tapi bangkit dan menjadi proklamator bersama bung Hatta.
Well, lagu Tulus, “Manusia kuat“ dan lagu lainnya penyanyi kelahiran Bukittinggi ini pun sudah berkali kali didengar dan habis.
Akhirnya tiba di rumah Bung RR di Jakarta Selatan. Siap siap, mau dengar kembali Bung RR si manusia kuat, mengungkap mimpi-mimpinya memimpin Indonesia dengan pikiran, tangan kaki yang kuat dan selalu out-of-the-box.
Dan, itu dia, pasti ada cemilan, makanan dan kopi nikmat, cuma ya sayang kali ini tanpa durian, karena lagi tidak musim.
[***]