KedaiPena.Com – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sulawesi Tengah, Anwar Hafid mempertanyakan, pernyataan dari Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang menyangkut-pautkan cita-cita menuju Indonesia Emas 2045 dengan kondisi di partai berlambang mercy saat ini.
“Pandangan saudara Moeldoko yang menyampaikan bahwa kondisi demokrat hari ini adalah ancaman bagi pencapaian Indonesia emas 2045 adalah argumentasi layaknya kata pepatah menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri,” kata Anwar Hafid kepada wartawan, Selasa, (30/3/2021).
Anwar menjelaskan, jika cita-cita Indonesia emas 2045 itu, berarti mempersiapkan generasi yang sesuai konteks zaman. Hal ini, lantaran saat itu ledakan demografi penduduk usia produktif akan begitu besar.
Menjadi aneh kemudian, kata Anwar Hafid, jika pihak-pihak dari masa lalu seperti Moeldoko dan pendukung KLB Demokrat Deli Serdang yang dipersiapkan menyambut Indonesia emas 2045.
“Bersama AHY jauh lebih kontekstual mempersiapkan Indonesia emas 2045,” kata Anggota Komisi II DPR RI ini.
Anwar Hafid juga mengaku heran, dengan pernyataan KSP Moeldoko yang menyebut jika didaulat untuk memimpin Demokrat lantaran adanya pergeseran arah demokrasi di tubuh Demokrat saat ini.
“Maka untuk menjawab peryataan ini, sebenarnya cukup mudah. Adakah kekisruhan di tubuh demokrat sampai akhirnya Moeldoko kemudian terlibat bersama kelompok KLB Deli Serdang? Selanjutnya persoalan arah demokrasi yang bergeser didalam tubuh demokrat, demokrasi seperti apa yang bergeser,” tutur Anwar.
Anwar menegaskan, pada prinsipnya demokrat senantiasa menghargai persamaan hak dalam pengambilan keputusan yang dibangun atas dasar konstitusional AD/ART.
“Kongres yang dihadiri oleh seluruh ketua DPD, DPC unsur DPP bukankah adalah cermin bahwa demokrat berdiri atas asas demokrasi. Bukan dengan klaim secara paksa atas Demokrat oleh mereka yang bukan kader demokrat layaknya apa yang dilakukan oleh Moeldoko,” tutur Anwar Hafid.
Selanjutnya, kata Anwar Hafid, yang membuat miris ialah pernyataan dari KSP Moeldoko terkait narasi terjadinya pertarungan ideologis yang kuat, terstruktur dan gampang dikenali.
Terkait hal tersebut, Anwar menegaskan, jika ideologi partai demokrat pimpinan AHY ialah Pancasila yang direfleksikan dengan prinsip Nasionalis-Religius.
“Demokrat tidak pernah menolerir radikalisme, separatisme apalagi totalitarianisme layaknya upaya dan tindakan pengambil alihan Partai Demokrat oleh Moeldoko dan KLB yang memiliki kecenderungan layaknya cara-cara ideologi totalitarian yang mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan anti pada demokrasi dan prinsip musyawarah mufakat yang menjadi ciri demokrasi Pancasila Indonesia,” tandas Anwar Hafid.
Laporan: Sulistyawan